Aku Ingin Terbang
26.01.2011
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
Kringggg.... kringgg...
Cukup keras nada panggil ditelpon selular raka membuyarkan mimpi tidurnya. Jam weker masih menunjukan pukul 09.50 namun di ruang tidur raka masih tampak gelap dan dingin. vertical blind pun belum ditarik keatas apalagi jendela dan ac, masih tampak menyejukan ruangan.
"ahh... siap sih yang telpnon pagi buta gini" gumannya.
pagi? bukankah sudah beranjak siang. ayam saja mungkin sudah berolahraga dan mencari sebutir beras di halaman rumannya.
"hallo"
"selamat siang, dengan saudra praka agustinus?" tanya si penelpon
"benar, maaf dari mana?"
"saya ibu retno dari tetuka flying school. anda diminta hadir pada hari kamis esok jam 08.00 pagi di badar udara tetuka bisa?"
"ohh... baik bu. hari kamis jam 08.00 pagi ya?"
"iya, jangan telat ya. karena merupakan tes akhir dan tes altitude. siapkan diri anda, istirahat yang cukup." jawasb ibu retno
"baik bu"
"selamat siang"
"siang bu"
bearti masih dua hari lagi, ya... lumayan masih bisa menyapkan diri dan olah raga gumam raka dalam hatinya. Praka adalah anak pertama dari dua bersaudara, impiannya adalah menjadi penerbang dan pilot untuk airlines. cita cita sejak praka kecil, maklumlah impian menjadi pilot telah membulatkan tekadnya, apapun resikonya. Bukannya orang tuannya tidak setuju, namun apakah tidak ada sekolah lain yang tanpa resiko. misalnnya sekolah kedokteran, toh pekerjaan dokter juga mulia dapat menyelamatkan nyawa orang dan menyembuhkan penyakit. Tapi kalau pilot..... maklumlah akhir akhir ini sering muncul di berita tv pesawat jatuh, pesawat tergelincir dam macem macem kejadiannya. tapi tekat raka sudah bulat dan dia pun telah melalui tahapan dalam proses rekrutmen yang panjang dan melelahkan, sekitar 2 bulan lamannya.
-o0o-
2 hari pun berlalu...
Pagi hari pun tiba, matahari pun sudah bernajak naik ke atas kepala, udara juga sudah mulai terik.
Jarum jam pendek baru menunjukan angka 8 pagi. tampak beberapa teman teman praka telah hadir di badara tetuka. mereka adalah adi, sapta, dwi, arif dan rahman. mereka telah hadir lebih awal. praka pun memarkir sepeda motornya dan bergegas menuju keteman temannya. tak sampai jarak 5 meter adi pun menegur dengan suara yang agak keras. cukup keras, sehingga membuat orang disekitar situ memalingkan perhatiannnya ke arah adi.
"lama amat kamu datangnya? tadi malam clubbing?"
"ah.. nggak koq cuman banyak keperluan di rumah tadi" jawab praka
"namamu udah aku daftarin tuh. di cek aja lagi" arif pun ikut memotong pembicaraan
Arif adalah putra tunggal pilot senior pada salah satu maskapai bumn. ayahnya sangat terkenal dan populer, setelah masuk tv berkat kegigihannya dalam melakukan prosedur pendaratan darurat di air.
padahal pesawat yang dipilotin oleh ayahnya arif sudah terbakar di kedua mesin jet pesawat 737. namun dapat mendarat darurat di air, lebih tepatnya di sungai. para penumpang dan awak pesawat pun berhasil selamat dan tak ada korban jiwa.
"sipp.. aku cek dulu ya" jawab praka
sikap yang ditunjukan oleh praka memang tampak tak biasa, serba salah, yang dilakukannya aneh. seperti cacing kepanasan, mungkin saja seperti ingin mengatakan cinta kepada cewenya. mungkin karena gelisah menjelang tes hari ini, apalagi ini merupakan tes akhir dari rangkaian yang melelahkan.
"mas... mas..." seorang pegawai memanggil raka.
"iya bu" jawab raka
Rasanya lebih tepat dipangil dengan mba, karena parasnnya masih jauh dari ibu. Penampilan yang terkesan tomboy dengan rambut pendeknya mungkin berusia 25 tahun atau lebih. Diperhatiin lebih lama sebenarnya menarik juga.
"mas yang hari ini ikut ujian altitude ya?"
"iya"
"sudah registrasi ulang?"
"sudah bu"
"kalau begitu, tolong panggilkan teman temannya untuk ikut saya ke ruang beechcraft"
"baik bu"
seperti pada umumnya semua ruangan yang ada di bandara tetuka dinamakan dengan jenis pesawat.
beechcraft adalah pesawat latih yang nantinya digunakan untuk belajar terbang selama 15 bulan.
"hey... ayo masuk" teriak raka memanggil teman temannya
"hattssccciiiinnnggggg........"
"kayaknya mau pilek nih aku" kata adi
"cuman berenam ya?" tanya mba berambut pendek
"iya bu" saut raka
"perkenalkan saya sarah, panggil aja mba. jangan ibu toh saya juga belum menikah. kalian ikut saya ya"
loo...siapa yang tanya pernikahan dalam hati raka bergumam.... tapiok jugalah, paling tidak bisa kenal lebih jauh.
perjalanan ke ruang pipper melewati beberapa ruangan dan ada satu ruangan yang menarik perhatian calon siswa. pandangan mereka langsung tertuju ker ruangan besar ber kaca bening. dan terpampang tulisan ruang silumator. Tepat diisebelahnnya adalah ruang beechcraft.
Ada seorang captain telah menunggu.
"silahkan masuk. pilih tempat duduk masing masing" saut captain
Captain dedi, nama yang terpampang di kanan kemeja putihnya dengan wing di sebelah kirinya dan dipundaknnya terdapat strip bar 4 berwarna kuning emas.
mba sarah pun telah berlalu. Tak lama kemudian masuklah 2 orang captain ke ruang pipper.
"selamat siang. hari ini kita akan memeulai tes altitude, yang mana merupakan rangkaian akhir tes. tes altitude mencakup keuletan nada dalam bermain silmulator test dan familiarization aircraft test". jelas salah seorang captain
"nama saya capt marwoto" sambil menunjuk yang sedang duduk
"dia capt dedi dan yang bersama saya capt tio" jelas capt marwoto
"sudah isi daftar hadir?"
"sudah capt" jawab calon siswa secara serempak
capt dedi pun memulai bicara
"ok, kalian akan dibagi menjadi 3 kelompok, masing masing kelompok 2 orang"
"praka dan adi bersama capt tio"
"arif dan rahman bersama saya"
"sapta dan dwi bersama capt marwoto"
"siap capt" jawab semua calon siswa serempak, seolah olah mereka juga tidak mau kalah tegasnnya dengan para captain, mungkin agar memberi kesan agar mereka tampak wibawa sebagai seorang pilot dan instruktur.
tak ada sepatah katapun dari mulut calon siswa penerbang. yang ada hanyalah kepanikan dan saling tatap, ujian macam apalagi yang harus dihadapi. para captain pun asik dengan obrolan masing masing.
hampir kira kira sekitar 1 setengah menit berlalu, datanglah mba sarah dan rekan kerjannya yang tak kalah menari. jauh lebih menari, bahkan seribu kalinya dari mba sarah. dengan rambut yang panjang dibiarkan terurai dan lekuk tubuhnya seperti gitar spanyol, wajahnya yang sangat istimewa sungguh misterius. sembari mendorong sebuah modul berbentuk kotak seperti dasboar mobil yang tampak ada stirnya. Tak mau kalah dengan calon siswannya, para capt pun juga terpesona dengan si wanita misterius.
"dah.. tolong dicolokan saklarnya" saut mba sarah
dah? inda kah namannya? atau endah? atau mungkin saja rindah. yang pasti wanita misterius itu bak oase di gurun pasir.
"ok" "udah nih, coba kamu nyalakan" saut wanita misterius
secara tiba tiba benda aneh tersebut berunah menjadi terang dan nampak jelas semua instrument pada panel panel.
"capt, sudah siap" kata wanita misterius
"makasi ya winda.. sarah..." jawab capt marwoto yang jauh dari kesan tegas, mungkin lebih berkesan manja. maklumlah capt marwoto ini adalah capt senior yang telah mengantongi 35.000 jam terbang dan telah berumur dan belum menikah. entah keasikan terbang atau memang belum ketemu jodohnya.
mba sarah dan winda pun berlalu meninggalkan semua manusia adam di ruang pipper. dan suara capt marwoto pun tiba tiba menghancurkan lamunan para calon siswa terhadap winda.
"tolong diperhatikan. tidak usah dicatat, saya akan menejlaskan garis besarnya saja"
"ini adalah duplikat dashboard cockpit pesawat beechcraft c-23 sundowner, yang nantinya akan kalian gunakan selama masa pendidikan" sambil menunjuk satu per satu indikator yang ada dipanel dashboard, capt marwoto pun memulai penjelasannya
"yang perlu kalian ketahui adalah 6 indikator dasar yaitu altimeter indicator, altitude indicator, vertical speed indicator, gyro direction indicator, air speed indicator dan turn coordinator indicator"
terdiam sejenak....
"hmm... yang ini kalian juga perlu tahu. namannya RPM indicator" sambil menunjuk yang letaknya agak berjauhan, lebih dekat dengan dua buah stik.
"ada yang kurang jelas?" tanya capt marwoto
"jelas capt" jawab calon siswa yang mulai terbiasa dengan jawaban kompak
"kalau begitu kita lanjutkan dengan fungsinya masing masing" sembari capt marwoto mengeluarkan model pesawat miniatur. dan mulai menjelaskan secara singkat tentang aerodinamika pesawat. apa itu yaw, picth, roll, secondary effect dan primary effect. 10 menit pun berlalu, capt marwoto memecah konsentrasi para calon siswa
"samapai sini jelas? atau ada yang mau ditanyakan?"
"jelas capt" jawab calon siswa serentak
"baguslah kalau gitu capt ujian seleksi hari ini bisa cepat selesai" saut capt tio
capt tio terkenal dingin dan tegas, sedikit bicara dan raut wajahnya pun terkesan agak keras dengan kulitnya coklat kehitaman. mungkin karena pendidikan militernya dulu sebelum sekarang menjadi instruktur penerbang.
"kita lanjutkan pengenalannya, sebelum kalian ke simulator" saut capt marwoto
"ini adalah stir atau yoke " sambil menunjuk stick berwarna mera dekat RPM indicator
"dan ini adalah throttle, untuk mengatur gas atau tenaga dorong mesin"
"sebelahnnya mixture, untuk pengaturan bahan bakar dan udara"
selanjtnya capt marwoto pun memulai penjelasan fungsi throttle dan mixture secara umum terhadap pesawat jika ingin climb, cruising dan descent. penjelasan capt marwoto kali ini sangat singkat.
"sudah paham? atau tamabh bingung?" saut capt marwoto
belum sempat para calon siswa menjawab, capt tio pun menyaut bak geledek.
"sapa suruh jadi pilot... emangnya gampang. tinggal terbang kayak burung"
"'kalau tidak ada pertanyaan, sekarang kita menuju ke ruang sebelah" ajak capt marwoto
praka, adi, sapta, arif, rahman, dan dwi mengikuti langkah kaki dibelakang para instruktur. pintu ruang simulator dibuka oleh capt dedi, para calon siswa dundipersilahkan duduk di sofa berdert menyamping. kira kira hanya muat untuk sepuluh orang. di dalam raung simulatro ada ruangan lagi yang didalamnnya terdapat seperti moncong pesawat, dibatasi dengan kaca dan tirai vertical blind.
para captain pun sduah bernajak memasuki ruang simulator dan menempati kursi dan meja yang terdapat computer. dibagian kirinya adalah moncong yang berbentuk pesawat.
"praka, kamu siap? tanya capt dedi sambil menghampiri praka
"siap capt"
"ayo masuk. anggak aja seperti main game di ps3"
praka pun akhirnnya masuk kedalam ruamg putih yang berbentuk seperti moncong pesawat. dan tiba tiba suar gemuruh pun terdengar nyaring.
"kamu duduk di kiri" perintah capt dedi
tak banyak kata yang keluar dari mulu praka, yang ada hanyalah kegelisahan dan sedikit keringat mengucur di wajah praka.
"kamu siap?" tanya capt marwoto
"siap capt' jawan praka
"kamu perhatikan, depan kamu adalah runway dan kamu sudah berada didalam pesawat. mesin peswat sudah nyala dan kamu siap lepas landas dengan mendorong trhottle dan tarik yoke. kamu paham?" tanya capt marwoto
"paham capt" jawab praka
tanpa banyak cingcong, praka pun segera melaksanakan perintah capt marwoto dan akhirnya pesawta yang dikemudikan praka melayang diudara.
tak ada perintah perintah dari para instuktur, yang ada hanyalah kesunyian dan suar bising yang menerupai suara baling baling pesawat. 2 menit pun berlalu, ranyanya seperti 2 jam. animasi simulator pun tia tiba terhenti.
"ok, kamu cukup. tunggu di luar dan tolong panggilkan adi" saut capt marwoto
"siap capt. terima kasih" jawab praka
praka pun melangkah keluar meninggalkan simulator room dan menuju ke sofa didepannya. keringat praka bercucuran dan kemeja putihnya nyaris basah kuyup, seperti bebek yang abis kecebur di sungai.
"gimana tadi? susah gak?" tanya sapta
"adi, kamu disuruh masuk" perinta praka kepada adi
"huhfff...." suara panik pun menyertai adi menuju ke simulator
"sukses ya..." saut dwi sambil menyemangati adi
praka pun tanpa disuruh,menempati sofa yang baru saja kosong ditinggalkan oleh adi
"tadi ngapain aja? susah nggak?" tanya arif
"iya nih... aku tanya aja gak dijawab" kata sapta
"ooo... kayak main agme aja. aku cuman disuruh nerbangin pesawat. capt pun gak banyak bicara" jawab praka
"gak disuruh apa apa?"tanya sapta penuh penasaran
"udah deh tennag aja.... gampang koq seperti main game di pc aja. asal gak jatuh" jawab praka enteng
"ahh... kamu enak udah selesai" saut sapta
"ya udah rileks aja... tenangin diri. gampang koq seperti main game" jawab praka sambil menennagin teman temannya
2 menit pun berlalu, adi keluar ruangan simulator bersama capt tio.
"ayo praka ikut saya" tegur capt tio didampingi adi
"yang merasa punya nam arif langsung masuk ke sana" perintah capt tio sambil menunjuk simulator
"siap capt" jawab arif
praka dan adi pun meninggalkan teman teman yang lain, sambil mengikuti capt tio. adi pun memecah kesunyian, maksudnnya agar suasana nyaman dan tidak tegang.
"gimana capt hasil kami? lulus?"
hanya diam yang ditunjukan sikap oleh capt tio. mereka pun hanya tertunduk lesu, menerima jawaban yang mengambang.
tampak dikejauhan hanggar pesawat, dan beberapa pesawat. ada lima pesawat berbaling baling satu dan tiga pesawat berbaling baling dua (baca. piper seneca)
"hai ini kalian akan diuji mental, keberanian dan ketanggapan anda. agar anda dapat merasakan dan familiarization freeze" sembari capt tio menepuk bahu kedua calon siswa
"ini pesawat single engine, beechcraft c-23 sundowner" kata capt tio sambil mendekati pesawat
"ini yang namanya engine, ini fuselage atau badan pesawat. ini sayap, ada airfoil, wing trip, flap" sambil menunjuk bagian bangian yang dimaksud capt tio.
"ini adalah bagian belakang sayap. ini ruder, vertical stabilator, elevation" capt tio pun mengajak calon siswanya mengitari pesawat secara utuh.
"saya mau praka masuk duluan dan duduk di belakang. lalu dedi duduk dikiri" perintah capt tio
"siap capt"
sedikit kebingunan diantara calon siswa, bukankah yang duduk di kiri adalah untuk pilot atau captain. merek pun menginjal besi kecil yang letaknnya berdekatan dengan flap di dekat sayap, agar mereka dapat mudah masuk kedalam pesawat. tampak tulisan yang cukup jelas dibagian flap, NO STEP.
Tidak besar dan cukup kecil ruang pesawat ini, idelannya cukup untuk 4 orang dewasa berpostur asia. cabin pesawat juga tidak dilengkapi pendingin udara atau ac, bahkan kipas angin pun juga tidak. hanya jendela yang bisa di buka. capt tio pun masuk kedalam pesawat, yang hanya bisa dilalui dengan satu pintu. capt tio pun memulai pertanyaan sederhana kepada praka dan adi.
"mengapa peswat bisa terbang?"
"karena memiliki sayap dan mesin, capt" jawab praka
"burung tidak ada mesin bisa terbang" balas capt tio
"karena adannya aliran udara yang membuat gaya angkat lebih besar daripada bobot pesawat , capt" jelas adi
"hmm...." gumam capt tio
tak ada jawaban penbenaran dan penjelasan dari pertanyaan capt tadi kepada calon siswanya, yang ada hanyalah kesibukan capt mengecek kompartemen pesawat dengan memutar stir, dorong, injekan kaki (baca. brake dan ruder). Setelah itu capt tio berteriak, entah apa maksudnya. mungkin saja sebagai kode. "engine start...."
tak lama kemudian capt tio pun menyalakan mesin pesawat dengan memutar kunci kearah kanan yang tepatnya persis dibawah stir tempat duduk adi, sambil menekan tombol merah bertulisan ENGINE START. mesin pesawat pun berputar diiringi dengan kebisingan. capt tio mengecek mesin pesawat dengan memutar kunci kontak kekiri dan kekanan. Beberapa menit kemudian, capt tio pun menutup pintu dan memasang headphone. capt tio memerintahkan kedua calon siswannya untuk memakai headphone. suara bising pun mulai kecil terdengar hanya suara mereka bertiga dan menara yang terdengan jelas.
"tetuka tower. PK-XVY, good morning" kata capt tio
"PK-XVY go ahead" jawab menara ATC
"tetuka info, PK-FAM on parking ramp ready to taxi, bond for traning area via VFR route alfa altitude 2500 feet" capt tio
"PK-XVY, wind clam, QNH 1009" menara ATC
"wind clam, QNH 1009" capt tio
"PK-XVY use runway 19 via taxiway A, advise on short runway 19" menara ATC
Pesawat pun akhirnnya jalan menuju ke landasan pacu (baca. runway) melewati jalan aspal (baca. taxi way). dalam perjalanan menuju setengah pada landasan pacu, capt tio selalu berkomunikasi dengan menara tower (baca. ATC, air traffic control). para calon siswa pun diminta untuk fokus pada pembicaran radio antara capt tio dengan menara ATC. sesampainnya ditengah tengah landasan pacu. capt tio pun berkomunikasi akhir dengan menara ATC
"tetuka tower, PK-XVY ready for departure" capt tio
"PK-XVY, wind clam, 5 knots, runway 19 is clear" menara ATC
capt tio pun mulai mendorong penuh stick throttle kedepan. pesawat pun mulai bergetar, kebisingan suar mesin mulai terdengar hingga menusik telinga.
saat jarum air speed menunjuk angka 80 knot, capt tio pun mulai menarik stir dan pesawat pun mulai menanjak, jauh menanjak meninggalkan permukaan tanah. hati praka yang tadinnya tegar sempat ciut sesaat. adi pun juga merasakan demikian yang tadinya lantang berbicara ceplas ceplos, sekarang bak curut kepanasan. keringatpun bercucuran membasahin tubuh mereka.
Ketika jarum kecil altimeter menunjukan angka 2 dan jarum panjang di angka 5. capt tio pun muenarik trhottle ke posisi tiga per empat dari posisi penuh. jarum pada RPM mengarah pada angka 2300. capt tio pun mulai menstabilkan pesawat dengan tombol kecil di stir (baca. trim), tak lama kemudian capt tio mulai berbicara kepada calon siswannya.
"adi, kamu pegang kendali penuh"
"bbaa bbaik capt" jawab adi dengan penuh keraguan dan gemetar, keringat pun langsung mengucur deras ke tubuh adi
"kamu perhatikan horizon didepan jangan diubah. horizon itu titik yang akan kita tuju"
"ssiap capt"
kemudian capt pun menyuruh berputar ke arah kiri menuju 015º, adi pun memutar stir kekiri dan capt tio pun masih dalam pengawasannya. khawatir jika adi memutar terlalu patah hingga 60º, bisa bisa pesawat memasuki area spin yang mengakibatkan pesawat hilang kendali dan berputar putar tak tentu arah.
kemudian adi pun meluruskan stir dan di bantu penuh oleh capt tio. tak terasa jarum jam praka telah menunjukan pukul 11.30. capt tio pun menyuru adi untuk bertukar tempat dengan praka. penuh keraguan di raut wajah praka, begitupun adi.
"gila ruang kecil gini disuruh tukeran.... bukannya pas mendarat aja, abis itu terbang lagi" gumam praka
adi pun berdiri menuju tempat duduk dibelakangnya, ketika itu pula pesawat terasa limbung kekiri sedikit kemudian stabil lagi. hati adi pun tak kalah ciut dan disertai pucat diwajahnya. setelah adi duduk di belakang, praka pun berajak ke depan menggantikan posisi adi duduk. pesawat pun kembali terasa sedikit limbung. kali ini praka tak kalah labih panik, hingga dia ingin sekali jongkok. mungkin agar praka bisa merasakan dataran. setelah praka duduk dengan enak, ditariknnya sabuk pengaman di kursi dan diikatnnya kencang kencang... sekencang mungkin, sampai sampai capt tio pun tertawa kecil.
"hmm... gak usah pake seat belt, toh di udara gak ada polisi yang mau nangkap kita" tegur capt tio sambil tersenyum melihat tingkah polanya praka. praka pun pulai tenang hatinnya, namun keringat jauh lebih deras jatuhnya dari sebelummnya. capt tio pun segera menuyur praka untuk memegang kendali pesawat, praka pun mulai bertanya ke capt tio.
"kita terbang kemana capt?"
"terserah kamu, mau dijatuhin kek atau dinyungsepin kek" saut spontan capt tio
kali ini giliran adi yang mengeluarkan keringat lebih deras. duduk pun menjadi gelisah, kekanan kekiri... seperti bebek berjalan.
"kamu perhatikan horizon di depan" perintah capt tio
"kamu liat dikiri bukit dan dikanan laut. nah terserah mau nyungsep kemana" saut capt tio
praka pun mengencangkan tangan distir, maksudnnya supaya tidak jatuh dan terbang lurus... capt. tio pun tertawa lagi melihat tingah pola para calon siswannya. setelah terbang 40 menit, capt tio pun mulai mengambil alih kemudi. dan capt tio pun mulai berkomunikasi dengan menara ATC untuk minta ijin mendarat.
"tetuka tower, PK-XVY on long final runway 10, request for full stop landing" capt tio
"PK-XVY, surface wind 300º 5 knot clear to land runway 10" menara ATC
pesawat pun akhirnnya mendarat dengan mulus, diiringi decitan suara ban. suara mesin pun terdengar mulai sunyi.
"huhhfff... aku mau langsung ke wc" gumam adi
beberapa sat kemudian, pesawat parkir di appron dan capt tio pun mematikan mesin pesawat. komunikasi dengan menara ATC pun tak henti hentinya. lalu pintu pun dibuka oleh capt tio. capt tio masih sibuk menulis pada kertas laporannya, membolak balik kertas sebari menoleh kedepan lalu ke kertas lagi. entah apa yang ditulisnnya. akhirnnya capt tio pun keluar dari pesawat dan adi pun langsung bergegas seakan tak mau kalah dengan praka. tanpa banyak kata adi langsung meluncur ke wc, sekencang mobil formula 1.
"kemana tu anak?" tanya capt tio kepada praka
"mungkin ke wc capt"
"ha ha ha... "kali ini capt tio yang tertawa terpingkal pingkal, baru kali ini capt tio bertemu dengan calon siswanya yang seperti adi.
"ok, kamu tunggu dia, lalu temui saya diruang pipper" kata capt tio
"siap capt" jawab praka. capt tio pun beranjak meninggalkan praka menuju ke ruang bagian kiri dari bandara tetuka.
"ahh... lega juga akhirnnya" saut adi
"beser?"
"iya nih, dr tadi di atas. aku udah nervous banget, mana pas landing capt tio lama banget keluarnnya"
"ahahhaha.... ayo, kita di tunggu capt di ruang beechcraft " jawab praka
mereka pun menuju ke dalam bandara
"kemana yang lain?" tanya adi
"tauk... masih ternag kali" jawab praka spontan
suara pesawat pun mulai terdengar sayup sayup. tampak pesawat kecil sebesar kuku diatas langit tetuka.
"mungkin itu mereka" tegur praka kepada adi
"bearti tadi mereka dibelakang kita donk..."
pintu masuk menuju ruang pipper didorong oleh adi,
"aahhhh... segarnya" saut adi sambil menghirup pendingin ruangan bandara tetuka.
"hei kalian cepat kemari... calon pilot jalan kayak curut" saut capt tio dari kejauhan
adi dan praka pun bergegas menuju ruang pipper, capt tio menunggu sambil berdiri didepan ruangan.
"ini surat rekomendasi saya dan hasil dari tes altitude kalian." capt tio sambil menyerahkan selembar kertas kepada raka dan adi. tampak jelas stempel warna biru, melintang kenan bertuliskan PASSED
adi dan praka pun loncat kegirangan. belum sempat kegembiraan mereka berlalu, capt tio pun menyalami mereka.
"selamat ya.. sekarang kalian boleh pulang. kertas yang hijau tolong kalian kasih ke mba winda di bagian adminstrasi." kata capt tio
hah.. mba winda, secerah pelangi wajah praka berubah terang, yang tadinnya mendung bakal turun hujan, berubah ada pelangi di wajah praka. adi pun menyikut pinggang praka.
"makasih capt" jawab raka dan adi
"iya, selamat ya" saut capt tio
adi dan raka pun bergegas menuju ke ruang administrasi, entah tak sabar ingin pulang atau tak sabar ingin berjumpa dengan mba winda, atau mba sarah.
sesampainnya di ruang administrasi, tampak hanya mba winda seorang diri, dia pun masih tampak sedang menelpon. entah siapa yang di telponnya. kekasihnya kah, atau atasannya, atau orang salah sambung. tidak terlalu lama raka dan adi menunggu mba winda sampai menyudai pembicaraan di telpon.
"iya mas, ada yang bisa dibantu?" sapa winda
"ahh... anu... ini... aaaa..."
"ngomong apa kamu ini prak?" saut adi kepada praka yang tenga grogi berhadapan dengan mba winda
"eehmm..." praka diam sejenak, entah karena grogi atau ememang batuk.
"ini surat dari capt tio, mba. hasil tes kami barusan" jawab praka
"saya terima ya mas, wah... lulus semua ya?" saut winda
"iya dong" adi langsung menyambar
"selamat ya... mas" jawab winda
"nanti mas akan dihubungi oleh atasan saya, ibu retno." jawab winda
"berapa lama ya mba?" tanya praka
"wah saya kurang tau, mas... sekolah baru mulai sekitar sebulan, dua bulan lagi" jawab winda
"wah... lama ya... makin lama saya bertemu dengan mba winda" saut praka sambil menggoda winda
"ah.. nanti juga bakalan ketemu terus, samapi bosan" jawab mba winda enteng
"maaf mas, namannya mas praka agustinus ya?" tanya winda
"iya, kenapa mba? nomor hp saya ada di kertas itu kan?" saut praka
"yah... mulai deh" adi pun ikut menimbrung.
tiba tiba suara telepon pun menghancurkan keasikan raka berkenealan dengan winda.
"maaf mas, saya harus angkat telepon. teman teman pada keluar kantor semua dari tadi" winda pun segera meminta ijin.
adi dan raka pun beranjak keluar ruangan sambil menunggu teman temannya, depan bandara tetuka.
"yess... akhirnya aku bisa terbang" kata praka kepada adi
"lumayan cuma 40 menit di udara, setidaknnya udah merasakan terbangin pesawat" saut adi
"iya nih....alhamdulillah. mau minum gak? yuk aku traktir di depan kayaknnya ada yang jual teh botol" kata praka
"yuk..." jawab adi.
inilah awal perjalanan mereka menuju pintu gerbang cita cita, menjadi PENERBANG.
".... i belive i can fly,
i belive i can touch the sky,
i think about it every night and day,
spread my wing and fly away ..."
(R Kelly)
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
Kringggg.... kringgg...
Cukup keras nada panggil ditelpon selular raka membuyarkan mimpi tidurnya. Jam weker masih menunjukan pukul 09.50 namun di ruang tidur raka masih tampak gelap dan dingin. vertical blind pun belum ditarik keatas apalagi jendela dan ac, masih tampak menyejukan ruangan.
"ahh... siap sih yang telpnon pagi buta gini" gumannya.
pagi? bukankah sudah beranjak siang. ayam saja mungkin sudah berolahraga dan mencari sebutir beras di halaman rumannya.
"hallo"
"selamat siang, dengan saudra praka agustinus?" tanya si penelpon
"benar, maaf dari mana?"
"saya ibu retno dari tetuka flying school. anda diminta hadir pada hari kamis esok jam 08.00 pagi di badar udara tetuka bisa?"
"ohh... baik bu. hari kamis jam 08.00 pagi ya?"
"iya, jangan telat ya. karena merupakan tes akhir dan tes altitude. siapkan diri anda, istirahat yang cukup." jawasb ibu retno
"baik bu"
"selamat siang"
"siang bu"
bearti masih dua hari lagi, ya... lumayan masih bisa menyapkan diri dan olah raga gumam raka dalam hatinya. Praka adalah anak pertama dari dua bersaudara, impiannya adalah menjadi penerbang dan pilot untuk airlines. cita cita sejak praka kecil, maklumlah impian menjadi pilot telah membulatkan tekadnya, apapun resikonya. Bukannya orang tuannya tidak setuju, namun apakah tidak ada sekolah lain yang tanpa resiko. misalnnya sekolah kedokteran, toh pekerjaan dokter juga mulia dapat menyelamatkan nyawa orang dan menyembuhkan penyakit. Tapi kalau pilot..... maklumlah akhir akhir ini sering muncul di berita tv pesawat jatuh, pesawat tergelincir dam macem macem kejadiannya. tapi tekat raka sudah bulat dan dia pun telah melalui tahapan dalam proses rekrutmen yang panjang dan melelahkan, sekitar 2 bulan lamannya.
-o0o-
2 hari pun berlalu...
Pagi hari pun tiba, matahari pun sudah bernajak naik ke atas kepala, udara juga sudah mulai terik.
Jarum jam pendek baru menunjukan angka 8 pagi. tampak beberapa teman teman praka telah hadir di badara tetuka. mereka adalah adi, sapta, dwi, arif dan rahman. mereka telah hadir lebih awal. praka pun memarkir sepeda motornya dan bergegas menuju keteman temannya. tak sampai jarak 5 meter adi pun menegur dengan suara yang agak keras. cukup keras, sehingga membuat orang disekitar situ memalingkan perhatiannnya ke arah adi.
"lama amat kamu datangnya? tadi malam clubbing?"
"ah.. nggak koq cuman banyak keperluan di rumah tadi" jawab praka
"namamu udah aku daftarin tuh. di cek aja lagi" arif pun ikut memotong pembicaraan
Arif adalah putra tunggal pilot senior pada salah satu maskapai bumn. ayahnya sangat terkenal dan populer, setelah masuk tv berkat kegigihannya dalam melakukan prosedur pendaratan darurat di air.
padahal pesawat yang dipilotin oleh ayahnya arif sudah terbakar di kedua mesin jet pesawat 737. namun dapat mendarat darurat di air, lebih tepatnya di sungai. para penumpang dan awak pesawat pun berhasil selamat dan tak ada korban jiwa.
"sipp.. aku cek dulu ya" jawab praka
sikap yang ditunjukan oleh praka memang tampak tak biasa, serba salah, yang dilakukannya aneh. seperti cacing kepanasan, mungkin saja seperti ingin mengatakan cinta kepada cewenya. mungkin karena gelisah menjelang tes hari ini, apalagi ini merupakan tes akhir dari rangkaian yang melelahkan.
"mas... mas..." seorang pegawai memanggil raka.
"iya bu" jawab raka
Rasanya lebih tepat dipangil dengan mba, karena parasnnya masih jauh dari ibu. Penampilan yang terkesan tomboy dengan rambut pendeknya mungkin berusia 25 tahun atau lebih. Diperhatiin lebih lama sebenarnya menarik juga.
"mas yang hari ini ikut ujian altitude ya?"
"iya"
"sudah registrasi ulang?"
"sudah bu"
"kalau begitu, tolong panggilkan teman temannya untuk ikut saya ke ruang beechcraft"
"baik bu"
seperti pada umumnya semua ruangan yang ada di bandara tetuka dinamakan dengan jenis pesawat.
beechcraft adalah pesawat latih yang nantinya digunakan untuk belajar terbang selama 15 bulan.
"hey... ayo masuk" teriak raka memanggil teman temannya
"hattssccciiiinnnggggg........"
"kayaknya mau pilek nih aku" kata adi
"cuman berenam ya?" tanya mba berambut pendek
"iya bu" saut raka
"perkenalkan saya sarah, panggil aja mba. jangan ibu toh saya juga belum menikah. kalian ikut saya ya"
loo...siapa yang tanya pernikahan dalam hati raka bergumam.... tapiok jugalah, paling tidak bisa kenal lebih jauh.
perjalanan ke ruang pipper melewati beberapa ruangan dan ada satu ruangan yang menarik perhatian calon siswa. pandangan mereka langsung tertuju ker ruangan besar ber kaca bening. dan terpampang tulisan ruang silumator. Tepat diisebelahnnya adalah ruang beechcraft.
Ada seorang captain telah menunggu.
"silahkan masuk. pilih tempat duduk masing masing" saut captain
Captain dedi, nama yang terpampang di kanan kemeja putihnya dengan wing di sebelah kirinya dan dipundaknnya terdapat strip bar 4 berwarna kuning emas.
mba sarah pun telah berlalu. Tak lama kemudian masuklah 2 orang captain ke ruang pipper.
"selamat siang. hari ini kita akan memeulai tes altitude, yang mana merupakan rangkaian akhir tes. tes altitude mencakup keuletan nada dalam bermain silmulator test dan familiarization aircraft test". jelas salah seorang captain
"nama saya capt marwoto" sambil menunjuk yang sedang duduk
"dia capt dedi dan yang bersama saya capt tio" jelas capt marwoto
"sudah isi daftar hadir?"
"sudah capt" jawab calon siswa secara serempak
capt dedi pun memulai bicara
"ok, kalian akan dibagi menjadi 3 kelompok, masing masing kelompok 2 orang"
"praka dan adi bersama capt tio"
"arif dan rahman bersama saya"
"sapta dan dwi bersama capt marwoto"
"siap capt" jawab semua calon siswa serempak, seolah olah mereka juga tidak mau kalah tegasnnya dengan para captain, mungkin agar memberi kesan agar mereka tampak wibawa sebagai seorang pilot dan instruktur.
tak ada sepatah katapun dari mulut calon siswa penerbang. yang ada hanyalah kepanikan dan saling tatap, ujian macam apalagi yang harus dihadapi. para captain pun asik dengan obrolan masing masing.
hampir kira kira sekitar 1 setengah menit berlalu, datanglah mba sarah dan rekan kerjannya yang tak kalah menari. jauh lebih menari, bahkan seribu kalinya dari mba sarah. dengan rambut yang panjang dibiarkan terurai dan lekuk tubuhnya seperti gitar spanyol, wajahnya yang sangat istimewa sungguh misterius. sembari mendorong sebuah modul berbentuk kotak seperti dasboar mobil yang tampak ada stirnya. Tak mau kalah dengan calon siswannya, para capt pun juga terpesona dengan si wanita misterius.
"dah.. tolong dicolokan saklarnya" saut mba sarah
dah? inda kah namannya? atau endah? atau mungkin saja rindah. yang pasti wanita misterius itu bak oase di gurun pasir.
"ok" "udah nih, coba kamu nyalakan" saut wanita misterius
secara tiba tiba benda aneh tersebut berunah menjadi terang dan nampak jelas semua instrument pada panel panel.
"capt, sudah siap" kata wanita misterius
"makasi ya winda.. sarah..." jawab capt marwoto yang jauh dari kesan tegas, mungkin lebih berkesan manja. maklumlah capt marwoto ini adalah capt senior yang telah mengantongi 35.000 jam terbang dan telah berumur dan belum menikah. entah keasikan terbang atau memang belum ketemu jodohnya.
mba sarah dan winda pun berlalu meninggalkan semua manusia adam di ruang pipper. dan suara capt marwoto pun tiba tiba menghancurkan lamunan para calon siswa terhadap winda.
"tolong diperhatikan. tidak usah dicatat, saya akan menejlaskan garis besarnya saja"
"ini adalah duplikat dashboard cockpit pesawat beechcraft c-23 sundowner, yang nantinya akan kalian gunakan selama masa pendidikan" sambil menunjuk satu per satu indikator yang ada dipanel dashboard, capt marwoto pun memulai penjelasannya
"yang perlu kalian ketahui adalah 6 indikator dasar yaitu altimeter indicator, altitude indicator, vertical speed indicator, gyro direction indicator, air speed indicator dan turn coordinator indicator"
terdiam sejenak....
"hmm... yang ini kalian juga perlu tahu. namannya RPM indicator" sambil menunjuk yang letaknya agak berjauhan, lebih dekat dengan dua buah stik.
"ada yang kurang jelas?" tanya capt marwoto
"jelas capt" jawab calon siswa yang mulai terbiasa dengan jawaban kompak
"kalau begitu kita lanjutkan dengan fungsinya masing masing" sembari capt marwoto mengeluarkan model pesawat miniatur. dan mulai menjelaskan secara singkat tentang aerodinamika pesawat. apa itu yaw, picth, roll, secondary effect dan primary effect. 10 menit pun berlalu, capt marwoto memecah konsentrasi para calon siswa
"samapai sini jelas? atau ada yang mau ditanyakan?"
"jelas capt" jawab calon siswa serentak
"baguslah kalau gitu capt ujian seleksi hari ini bisa cepat selesai" saut capt tio
capt tio terkenal dingin dan tegas, sedikit bicara dan raut wajahnya pun terkesan agak keras dengan kulitnya coklat kehitaman. mungkin karena pendidikan militernya dulu sebelum sekarang menjadi instruktur penerbang.
"kita lanjutkan pengenalannya, sebelum kalian ke simulator" saut capt marwoto
"ini adalah stir atau yoke " sambil menunjuk stick berwarna mera dekat RPM indicator
"dan ini adalah throttle, untuk mengatur gas atau tenaga dorong mesin"
"sebelahnnya mixture, untuk pengaturan bahan bakar dan udara"
selanjtnya capt marwoto pun memulai penjelasan fungsi throttle dan mixture secara umum terhadap pesawat jika ingin climb, cruising dan descent. penjelasan capt marwoto kali ini sangat singkat.
"sudah paham? atau tamabh bingung?" saut capt marwoto
belum sempat para calon siswa menjawab, capt tio pun menyaut bak geledek.
"sapa suruh jadi pilot... emangnya gampang. tinggal terbang kayak burung"
"'kalau tidak ada pertanyaan, sekarang kita menuju ke ruang sebelah" ajak capt marwoto
praka, adi, sapta, arif, rahman, dan dwi mengikuti langkah kaki dibelakang para instruktur. pintu ruang simulator dibuka oleh capt dedi, para calon siswa dundipersilahkan duduk di sofa berdert menyamping. kira kira hanya muat untuk sepuluh orang. di dalam raung simulatro ada ruangan lagi yang didalamnnya terdapat seperti moncong pesawat, dibatasi dengan kaca dan tirai vertical blind.
para captain pun sduah bernajak memasuki ruang simulator dan menempati kursi dan meja yang terdapat computer. dibagian kirinya adalah moncong yang berbentuk pesawat.
"praka, kamu siap? tanya capt dedi sambil menghampiri praka
"siap capt"
"ayo masuk. anggak aja seperti main game di ps3"
praka pun akhirnnya masuk kedalam ruamg putih yang berbentuk seperti moncong pesawat. dan tiba tiba suar gemuruh pun terdengar nyaring.
"kamu duduk di kiri" perintah capt dedi
tak banyak kata yang keluar dari mulu praka, yang ada hanyalah kegelisahan dan sedikit keringat mengucur di wajah praka.
"kamu siap?" tanya capt marwoto
"siap capt' jawan praka
"kamu perhatikan, depan kamu adalah runway dan kamu sudah berada didalam pesawat. mesin peswat sudah nyala dan kamu siap lepas landas dengan mendorong trhottle dan tarik yoke. kamu paham?" tanya capt marwoto
"paham capt" jawab praka
tanpa banyak cingcong, praka pun segera melaksanakan perintah capt marwoto dan akhirnya pesawta yang dikemudikan praka melayang diudara.
tak ada perintah perintah dari para instuktur, yang ada hanyalah kesunyian dan suar bising yang menerupai suara baling baling pesawat. 2 menit pun berlalu, ranyanya seperti 2 jam. animasi simulator pun tia tiba terhenti.
"ok, kamu cukup. tunggu di luar dan tolong panggilkan adi" saut capt marwoto
"siap capt. terima kasih" jawab praka
praka pun melangkah keluar meninggalkan simulator room dan menuju ke sofa didepannya. keringat praka bercucuran dan kemeja putihnya nyaris basah kuyup, seperti bebek yang abis kecebur di sungai.
"gimana tadi? susah gak?" tanya sapta
"adi, kamu disuruh masuk" perinta praka kepada adi
"huhfff...." suara panik pun menyertai adi menuju ke simulator
"sukses ya..." saut dwi sambil menyemangati adi
praka pun tanpa disuruh,menempati sofa yang baru saja kosong ditinggalkan oleh adi
"tadi ngapain aja? susah nggak?" tanya arif
"iya nih... aku tanya aja gak dijawab" kata sapta
"ooo... kayak main agme aja. aku cuman disuruh nerbangin pesawat. capt pun gak banyak bicara" jawab praka
"gak disuruh apa apa?"tanya sapta penuh penasaran
"udah deh tennag aja.... gampang koq seperti main game di pc aja. asal gak jatuh" jawab praka enteng
"ahh... kamu enak udah selesai" saut sapta
"ya udah rileks aja... tenangin diri. gampang koq seperti main game" jawab praka sambil menennagin teman temannya
2 menit pun berlalu, adi keluar ruangan simulator bersama capt tio.
"ayo praka ikut saya" tegur capt tio didampingi adi
"yang merasa punya nam arif langsung masuk ke sana" perintah capt tio sambil menunjuk simulator
"siap capt" jawab arif
praka dan adi pun meninggalkan teman teman yang lain, sambil mengikuti capt tio. adi pun memecah kesunyian, maksudnnya agar suasana nyaman dan tidak tegang.
"gimana capt hasil kami? lulus?"
hanya diam yang ditunjukan sikap oleh capt tio. mereka pun hanya tertunduk lesu, menerima jawaban yang mengambang.
tampak dikejauhan hanggar pesawat, dan beberapa pesawat. ada lima pesawat berbaling baling satu dan tiga pesawat berbaling baling dua (baca. piper seneca)
"hai ini kalian akan diuji mental, keberanian dan ketanggapan anda. agar anda dapat merasakan dan familiarization freeze" sembari capt tio menepuk bahu kedua calon siswa
"ini pesawat single engine, beechcraft c-23 sundowner" kata capt tio sambil mendekati pesawat
"ini yang namanya engine, ini fuselage atau badan pesawat. ini sayap, ada airfoil, wing trip, flap" sambil menunjuk bagian bangian yang dimaksud capt tio.
"ini adalah bagian belakang sayap. ini ruder, vertical stabilator, elevation" capt tio pun mengajak calon siswanya mengitari pesawat secara utuh.
"saya mau praka masuk duluan dan duduk di belakang. lalu dedi duduk dikiri" perintah capt tio
"siap capt"
sedikit kebingunan diantara calon siswa, bukankah yang duduk di kiri adalah untuk pilot atau captain. merek pun menginjal besi kecil yang letaknnya berdekatan dengan flap di dekat sayap, agar mereka dapat mudah masuk kedalam pesawat. tampak tulisan yang cukup jelas dibagian flap, NO STEP.
Tidak besar dan cukup kecil ruang pesawat ini, idelannya cukup untuk 4 orang dewasa berpostur asia. cabin pesawat juga tidak dilengkapi pendingin udara atau ac, bahkan kipas angin pun juga tidak. hanya jendela yang bisa di buka. capt tio pun masuk kedalam pesawat, yang hanya bisa dilalui dengan satu pintu. capt tio pun memulai pertanyaan sederhana kepada praka dan adi.
"mengapa peswat bisa terbang?"
"karena memiliki sayap dan mesin, capt" jawab praka
"burung tidak ada mesin bisa terbang" balas capt tio
"karena adannya aliran udara yang membuat gaya angkat lebih besar daripada bobot pesawat , capt" jelas adi
"hmm...." gumam capt tio
tak ada jawaban penbenaran dan penjelasan dari pertanyaan capt tadi kepada calon siswanya, yang ada hanyalah kesibukan capt mengecek kompartemen pesawat dengan memutar stir, dorong, injekan kaki (baca. brake dan ruder). Setelah itu capt tio berteriak, entah apa maksudnya. mungkin saja sebagai kode. "engine start...."
tak lama kemudian capt tio pun menyalakan mesin pesawat dengan memutar kunci kearah kanan yang tepatnya persis dibawah stir tempat duduk adi, sambil menekan tombol merah bertulisan ENGINE START. mesin pesawat pun berputar diiringi dengan kebisingan. capt tio mengecek mesin pesawat dengan memutar kunci kontak kekiri dan kekanan. Beberapa menit kemudian, capt tio pun menutup pintu dan memasang headphone. capt tio memerintahkan kedua calon siswannya untuk memakai headphone. suara bising pun mulai kecil terdengar hanya suara mereka bertiga dan menara yang terdengan jelas.
"tetuka tower. PK-XVY, good morning" kata capt tio
"PK-XVY go ahead" jawab menara ATC
"tetuka info, PK-FAM on parking ramp ready to taxi, bond for traning area via VFR route alfa altitude 2500 feet" capt tio
"PK-XVY, wind clam, QNH 1009" menara ATC
"wind clam, QNH 1009" capt tio
"PK-XVY use runway 19 via taxiway A, advise on short runway 19" menara ATC
Pesawat pun akhirnnya jalan menuju ke landasan pacu (baca. runway) melewati jalan aspal (baca. taxi way). dalam perjalanan menuju setengah pada landasan pacu, capt tio selalu berkomunikasi dengan menara tower (baca. ATC, air traffic control). para calon siswa pun diminta untuk fokus pada pembicaran radio antara capt tio dengan menara ATC. sesampainnya ditengah tengah landasan pacu. capt tio pun berkomunikasi akhir dengan menara ATC
"tetuka tower, PK-XVY ready for departure" capt tio
"PK-XVY, wind clam, 5 knots, runway 19 is clear" menara ATC
capt tio pun mulai mendorong penuh stick throttle kedepan. pesawat pun mulai bergetar, kebisingan suar mesin mulai terdengar hingga menusik telinga.
saat jarum air speed menunjuk angka 80 knot, capt tio pun mulai menarik stir dan pesawat pun mulai menanjak, jauh menanjak meninggalkan permukaan tanah. hati praka yang tadinnya tegar sempat ciut sesaat. adi pun juga merasakan demikian yang tadinya lantang berbicara ceplas ceplos, sekarang bak curut kepanasan. keringatpun bercucuran membasahin tubuh mereka.
Ketika jarum kecil altimeter menunjukan angka 2 dan jarum panjang di angka 5. capt tio pun muenarik trhottle ke posisi tiga per empat dari posisi penuh. jarum pada RPM mengarah pada angka 2300. capt tio pun mulai menstabilkan pesawat dengan tombol kecil di stir (baca. trim), tak lama kemudian capt tio mulai berbicara kepada calon siswannya.
"adi, kamu pegang kendali penuh"
"bbaa bbaik capt" jawab adi dengan penuh keraguan dan gemetar, keringat pun langsung mengucur deras ke tubuh adi
"kamu perhatikan horizon didepan jangan diubah. horizon itu titik yang akan kita tuju"
"ssiap capt"
kemudian capt pun menyuruh berputar ke arah kiri menuju 015º, adi pun memutar stir kekiri dan capt tio pun masih dalam pengawasannya. khawatir jika adi memutar terlalu patah hingga 60º, bisa bisa pesawat memasuki area spin yang mengakibatkan pesawat hilang kendali dan berputar putar tak tentu arah.
kemudian adi pun meluruskan stir dan di bantu penuh oleh capt tio. tak terasa jarum jam praka telah menunjukan pukul 11.30. capt tio pun menyuru adi untuk bertukar tempat dengan praka. penuh keraguan di raut wajah praka, begitupun adi.
"gila ruang kecil gini disuruh tukeran.... bukannya pas mendarat aja, abis itu terbang lagi" gumam praka
adi pun berdiri menuju tempat duduk dibelakangnya, ketika itu pula pesawat terasa limbung kekiri sedikit kemudian stabil lagi. hati adi pun tak kalah ciut dan disertai pucat diwajahnya. setelah adi duduk di belakang, praka pun berajak ke depan menggantikan posisi adi duduk. pesawat pun kembali terasa sedikit limbung. kali ini praka tak kalah labih panik, hingga dia ingin sekali jongkok. mungkin agar praka bisa merasakan dataran. setelah praka duduk dengan enak, ditariknnya sabuk pengaman di kursi dan diikatnnya kencang kencang... sekencang mungkin, sampai sampai capt tio pun tertawa kecil.
"hmm... gak usah pake seat belt, toh di udara gak ada polisi yang mau nangkap kita" tegur capt tio sambil tersenyum melihat tingkah polanya praka. praka pun pulai tenang hatinnya, namun keringat jauh lebih deras jatuhnya dari sebelummnya. capt tio pun segera menuyur praka untuk memegang kendali pesawat, praka pun mulai bertanya ke capt tio.
"kita terbang kemana capt?"
"terserah kamu, mau dijatuhin kek atau dinyungsepin kek" saut spontan capt tio
kali ini giliran adi yang mengeluarkan keringat lebih deras. duduk pun menjadi gelisah, kekanan kekiri... seperti bebek berjalan.
"kamu perhatikan horizon di depan" perintah capt tio
"kamu liat dikiri bukit dan dikanan laut. nah terserah mau nyungsep kemana" saut capt tio
praka pun mengencangkan tangan distir, maksudnnya supaya tidak jatuh dan terbang lurus... capt. tio pun tertawa lagi melihat tingah pola para calon siswannya. setelah terbang 40 menit, capt tio pun mulai mengambil alih kemudi. dan capt tio pun mulai berkomunikasi dengan menara ATC untuk minta ijin mendarat.
"tetuka tower, PK-XVY on long final runway 10, request for full stop landing" capt tio
"PK-XVY, surface wind 300º 5 knot clear to land runway 10" menara ATC
pesawat pun akhirnnya mendarat dengan mulus, diiringi decitan suara ban. suara mesin pun terdengar mulai sunyi.
"huhhfff... aku mau langsung ke wc" gumam adi
beberapa sat kemudian, pesawat parkir di appron dan capt tio pun mematikan mesin pesawat. komunikasi dengan menara ATC pun tak henti hentinya. lalu pintu pun dibuka oleh capt tio. capt tio masih sibuk menulis pada kertas laporannya, membolak balik kertas sebari menoleh kedepan lalu ke kertas lagi. entah apa yang ditulisnnya. akhirnnya capt tio pun keluar dari pesawat dan adi pun langsung bergegas seakan tak mau kalah dengan praka. tanpa banyak kata adi langsung meluncur ke wc, sekencang mobil formula 1.
"kemana tu anak?" tanya capt tio kepada praka
"mungkin ke wc capt"
"ha ha ha... "kali ini capt tio yang tertawa terpingkal pingkal, baru kali ini capt tio bertemu dengan calon siswanya yang seperti adi.
"ok, kamu tunggu dia, lalu temui saya diruang pipper" kata capt tio
"siap capt" jawab praka. capt tio pun beranjak meninggalkan praka menuju ke ruang bagian kiri dari bandara tetuka.
"ahh... lega juga akhirnnya" saut adi
"beser?"
"iya nih, dr tadi di atas. aku udah nervous banget, mana pas landing capt tio lama banget keluarnnya"
"ahahhaha.... ayo, kita di tunggu capt di ruang beechcraft " jawab praka
mereka pun menuju ke dalam bandara
"kemana yang lain?" tanya adi
"tauk... masih ternag kali" jawab praka spontan
suara pesawat pun mulai terdengar sayup sayup. tampak pesawat kecil sebesar kuku diatas langit tetuka.
"mungkin itu mereka" tegur praka kepada adi
"bearti tadi mereka dibelakang kita donk..."
pintu masuk menuju ruang pipper didorong oleh adi,
"aahhhh... segarnya" saut adi sambil menghirup pendingin ruangan bandara tetuka.
"hei kalian cepat kemari... calon pilot jalan kayak curut" saut capt tio dari kejauhan
adi dan praka pun bergegas menuju ruang pipper, capt tio menunggu sambil berdiri didepan ruangan.
"ini surat rekomendasi saya dan hasil dari tes altitude kalian." capt tio sambil menyerahkan selembar kertas kepada raka dan adi. tampak jelas stempel warna biru, melintang kenan bertuliskan PASSED
adi dan praka pun loncat kegirangan. belum sempat kegembiraan mereka berlalu, capt tio pun menyalami mereka.
"selamat ya.. sekarang kalian boleh pulang. kertas yang hijau tolong kalian kasih ke mba winda di bagian adminstrasi." kata capt tio
hah.. mba winda, secerah pelangi wajah praka berubah terang, yang tadinnya mendung bakal turun hujan, berubah ada pelangi di wajah praka. adi pun menyikut pinggang praka.
"makasih capt" jawab raka dan adi
"iya, selamat ya" saut capt tio
adi dan raka pun bergegas menuju ke ruang administrasi, entah tak sabar ingin pulang atau tak sabar ingin berjumpa dengan mba winda, atau mba sarah.
sesampainnya di ruang administrasi, tampak hanya mba winda seorang diri, dia pun masih tampak sedang menelpon. entah siapa yang di telponnya. kekasihnya kah, atau atasannya, atau orang salah sambung. tidak terlalu lama raka dan adi menunggu mba winda sampai menyudai pembicaraan di telpon.
"iya mas, ada yang bisa dibantu?" sapa winda
"ahh... anu... ini... aaaa..."
"ngomong apa kamu ini prak?" saut adi kepada praka yang tenga grogi berhadapan dengan mba winda
"eehmm..." praka diam sejenak, entah karena grogi atau ememang batuk.
"ini surat dari capt tio, mba. hasil tes kami barusan" jawab praka
"saya terima ya mas, wah... lulus semua ya?" saut winda
"iya dong" adi langsung menyambar
"selamat ya... mas" jawab winda
"nanti mas akan dihubungi oleh atasan saya, ibu retno." jawab winda
"berapa lama ya mba?" tanya praka
"wah saya kurang tau, mas... sekolah baru mulai sekitar sebulan, dua bulan lagi" jawab winda
"wah... lama ya... makin lama saya bertemu dengan mba winda" saut praka sambil menggoda winda
"ah.. nanti juga bakalan ketemu terus, samapi bosan" jawab mba winda enteng
"maaf mas, namannya mas praka agustinus ya?" tanya winda
"iya, kenapa mba? nomor hp saya ada di kertas itu kan?" saut praka
"yah... mulai deh" adi pun ikut menimbrung.
tiba tiba suara telepon pun menghancurkan keasikan raka berkenealan dengan winda.
"maaf mas, saya harus angkat telepon. teman teman pada keluar kantor semua dari tadi" winda pun segera meminta ijin.
adi dan raka pun beranjak keluar ruangan sambil menunggu teman temannya, depan bandara tetuka.
"yess... akhirnya aku bisa terbang" kata praka kepada adi
"lumayan cuma 40 menit di udara, setidaknnya udah merasakan terbangin pesawat" saut adi
"iya nih....alhamdulillah. mau minum gak? yuk aku traktir di depan kayaknnya ada yang jual teh botol" kata praka
"yuk..." jawab adi.
inilah awal perjalanan mereka menuju pintu gerbang cita cita, menjadi PENERBANG.
".... i belive i can fly,
i belive i can touch the sky,
i think about it every night and day,
spread my wing and fly away ..."
(R Kelly)