Cinta pada Bayangan
13.01.2012
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
“hallo boss...” sapa mario kepada erwin yang tengah asik menyeruput secangkir kopi panas. Hampir tiap malam menjelang subuh, erwin dan mario bertemu di coffee shop langganannya. Topik yang diobrolinnya pun beragam, mulai dari gosip di televisi, politik, budaya hingga keadaan keluarganya.
“hai rio...” balas erwin
“sudah lama?” tanya mario kepada erwin sambil menepuk bahunya
“nggak terlalu... sambil dengerin alunan musik jazz. Tentram sekali rasanya” jawab erwin
“mas Tommy mana? Belum datang?” tanya mario lagi kepada erwin
“iya.. ya... tumben biasanya dia paling rajin nongkrong” balas erwin
Mario, erwin dan tommy adalah sahabat dekat yang baru saling kenal sejak setahun terakhir. Karena mereka beraktifitas bertetanggaan yang membuatnya menjadi dekat, seperti keluarga.
“mau pesan apa pak mario?” tanya pelayan coffee shop langganan mereka
“samain aja ama pak erwin, bu. Sekalian sate kambingnya 100 tusuk” jawab mario kepada pelayan coffee shop
“laper atau maruk lo?” tanya erwin
“dua-duanya win... kita makan bareng-barenglah...” balas mario
Mereka berdua pun terlibat pembicaraan menarik seputar gosip artis yang sedang tren, dari kawin cerai hingga kasus kematian mendadak, bunuh diri. Hampir dua jam berlalu, muncullah tommy dengan wajah lesu dan gontai. Tanpa aba-aba pun tommy langsung menduduki kursi yang kosong.
“koq muram gitu mas? Ada masalah?” tanya mario
“ya... masalah keluarga rio...” jawab tommy
“anak? Atau istri?” tanya erwin dengan penuh penasaran
“kemarin... pas siang hari, istri menyamperin aku. Dia bercerita tentang hubungannya dengan joni, adik kandung aku....” air mata tommy mulai mambasahi kelopak matanya, tommy serasa tak sanggup meneruskan cerita paitnya. Belum selesai bercerita, mario sudah memotongnya
“sabar mas.... kalau mas mau menangis, tangislah.... keluarkan semua emosi dan kesediahan mas.... biar lega” kata mario sambil memeluk pundak sahabatnya mas tommy
“mas mau aku pesankan minum dulu? Biar agak enetng?” tanya erwin
“gak usah win... aku juga sebentar aja koq. Gak lama” jawab tommy
“jadi begini ceritanya sahabatku.... kemarin istriku menceritakan tentang hubungannya dengan adikku joni. Mereka telah menjalin hubungan cinta hampir setahun.dan kemarin dia, menemuiku untuk meminta ijin menikah dengan adikku, joni” kali ini tommy menceritakan kisahnya dengan lebih tegar
“terus, kamu ijinkan? Mereka menikah?” tanya mario
“ya... gimana lagi, kedua anakku sepertinya mendukung dengan rencana ibunya. Ayah dan mama ku juga demikian, mertuaku juga tidak menolak. Lalu aku bisa apa lagi!” jawab tommy
“tapi mas... kenapa harus dengan adik kandung mu? Seperti mengkhianati cinta suci mas tommy!” balas mario
“iya... kau juga berkata demikian ke istriku. Tapi dia tidak bisa jawab” balas tommy
“ya sudah... mas tenangin pikiran aja dulu. Ambil aja hikmahnya dari semua ini” kata erwin
“benar mas... kata erwin. Terkadang cinta seperti sandiwara. Mereka mencintai kita sepenuh jiwa, sampai mati akan setia. Nyatanya cinta juga yang mengkhianati dalam kesendirian” kata mario
“yah... sudahlah, mungkin memang harus begini akhir cerita saya....” jawab tommy, belum sempat mario dan erwin membalas ucapan tommy, ia pun melanjutkan perkataannya dengan lebih tegar, “setidaknya aku sudah lega sekarang. Sudah menuangkan emosi dan pikiranku ke kalian. Kalian adalah sahabat terbaikku”
“banar mas... mas tidak sendirian koq. Masih ada kita disini. Iya kan rio?” kata erwin kepada mario
“ya sudah.... aku pamit dulu ya sahabat. Sebentar lagi istri dan adikku mau mengunjungi makamku, katanya mereka mau meminta restu nikah dariku” balas tommy pada kedua sahabatnya, yang sudah setahun menjadi tetanggaan di liang lahat.
“sama mas... kita juga mau kembali ke liang. Keluargaku juga mau menggunjungi kami. Katanya lusa sudah mau puasa” balas erwin
“yuk... kita pulang ke liang sama-sama” kata mario sambil menepuk bahu kedua sahabatnya
“oiya, bu.... cash bon dulu ya... kopi sama satenya” teriak erwin ke pemilik resto & coffee shop
Beberapa jam lagi, gelap akan sirna berganti dengan pagi. Erwin, mario dan tommy pulang ke pusaran makamnya. Namun kali ini mereka tidak berjalan apalagi menaiki mobil. Mereka melayang bagaikan casper. Mereka bersiap diri sebelum sanak keluarga mengunjungi mereka dipagi hari.
Hari-hari selanjutnya mereka tetap ngumpul bertiga di coffee shop langganannya. Mereka tidak sendirian, masih ada pengunjung-pengunjung di coffee shop yang datang dan pergi.
“... tak pernah terpikir olehku
Tak sedikit pun ku menyangka
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri...”
(ST12)
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
“hallo boss...” sapa mario kepada erwin yang tengah asik menyeruput secangkir kopi panas. Hampir tiap malam menjelang subuh, erwin dan mario bertemu di coffee shop langganannya. Topik yang diobrolinnya pun beragam, mulai dari gosip di televisi, politik, budaya hingga keadaan keluarganya.
“hai rio...” balas erwin
“sudah lama?” tanya mario kepada erwin sambil menepuk bahunya
“nggak terlalu... sambil dengerin alunan musik jazz. Tentram sekali rasanya” jawab erwin
“mas Tommy mana? Belum datang?” tanya mario lagi kepada erwin
“iya.. ya... tumben biasanya dia paling rajin nongkrong” balas erwin
Mario, erwin dan tommy adalah sahabat dekat yang baru saling kenal sejak setahun terakhir. Karena mereka beraktifitas bertetanggaan yang membuatnya menjadi dekat, seperti keluarga.
“mau pesan apa pak mario?” tanya pelayan coffee shop langganan mereka
“samain aja ama pak erwin, bu. Sekalian sate kambingnya 100 tusuk” jawab mario kepada pelayan coffee shop
“laper atau maruk lo?” tanya erwin
“dua-duanya win... kita makan bareng-barenglah...” balas mario
Mereka berdua pun terlibat pembicaraan menarik seputar gosip artis yang sedang tren, dari kawin cerai hingga kasus kematian mendadak, bunuh diri. Hampir dua jam berlalu, muncullah tommy dengan wajah lesu dan gontai. Tanpa aba-aba pun tommy langsung menduduki kursi yang kosong.
“koq muram gitu mas? Ada masalah?” tanya mario
“ya... masalah keluarga rio...” jawab tommy
“anak? Atau istri?” tanya erwin dengan penuh penasaran
“kemarin... pas siang hari, istri menyamperin aku. Dia bercerita tentang hubungannya dengan joni, adik kandung aku....” air mata tommy mulai mambasahi kelopak matanya, tommy serasa tak sanggup meneruskan cerita paitnya. Belum selesai bercerita, mario sudah memotongnya
“sabar mas.... kalau mas mau menangis, tangislah.... keluarkan semua emosi dan kesediahan mas.... biar lega” kata mario sambil memeluk pundak sahabatnya mas tommy
“mas mau aku pesankan minum dulu? Biar agak enetng?” tanya erwin
“gak usah win... aku juga sebentar aja koq. Gak lama” jawab tommy
“jadi begini ceritanya sahabatku.... kemarin istriku menceritakan tentang hubungannya dengan adikku joni. Mereka telah menjalin hubungan cinta hampir setahun.dan kemarin dia, menemuiku untuk meminta ijin menikah dengan adikku, joni” kali ini tommy menceritakan kisahnya dengan lebih tegar
“terus, kamu ijinkan? Mereka menikah?” tanya mario
“ya... gimana lagi, kedua anakku sepertinya mendukung dengan rencana ibunya. Ayah dan mama ku juga demikian, mertuaku juga tidak menolak. Lalu aku bisa apa lagi!” jawab tommy
“tapi mas... kenapa harus dengan adik kandung mu? Seperti mengkhianati cinta suci mas tommy!” balas mario
“iya... kau juga berkata demikian ke istriku. Tapi dia tidak bisa jawab” balas tommy
“ya sudah... mas tenangin pikiran aja dulu. Ambil aja hikmahnya dari semua ini” kata erwin
“benar mas... kata erwin. Terkadang cinta seperti sandiwara. Mereka mencintai kita sepenuh jiwa, sampai mati akan setia. Nyatanya cinta juga yang mengkhianati dalam kesendirian” kata mario
“yah... sudahlah, mungkin memang harus begini akhir cerita saya....” jawab tommy, belum sempat mario dan erwin membalas ucapan tommy, ia pun melanjutkan perkataannya dengan lebih tegar, “setidaknya aku sudah lega sekarang. Sudah menuangkan emosi dan pikiranku ke kalian. Kalian adalah sahabat terbaikku”
“banar mas... mas tidak sendirian koq. Masih ada kita disini. Iya kan rio?” kata erwin kepada mario
“ya sudah.... aku pamit dulu ya sahabat. Sebentar lagi istri dan adikku mau mengunjungi makamku, katanya mereka mau meminta restu nikah dariku” balas tommy pada kedua sahabatnya, yang sudah setahun menjadi tetanggaan di liang lahat.
“sama mas... kita juga mau kembali ke liang. Keluargaku juga mau menggunjungi kami. Katanya lusa sudah mau puasa” balas erwin
“yuk... kita pulang ke liang sama-sama” kata mario sambil menepuk bahu kedua sahabatnya
“oiya, bu.... cash bon dulu ya... kopi sama satenya” teriak erwin ke pemilik resto & coffee shop
Beberapa jam lagi, gelap akan sirna berganti dengan pagi. Erwin, mario dan tommy pulang ke pusaran makamnya. Namun kali ini mereka tidak berjalan apalagi menaiki mobil. Mereka melayang bagaikan casper. Mereka bersiap diri sebelum sanak keluarga mengunjungi mereka dipagi hari.
Hari-hari selanjutnya mereka tetap ngumpul bertiga di coffee shop langganannya. Mereka tidak sendirian, masih ada pengunjung-pengunjung di coffee shop yang datang dan pergi.
“... tak pernah terpikir olehku
Tak sedikit pun ku menyangka
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri...”
(ST12)