Roman Picisan
22.02.2012
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
“aku cinta kamu dion...” jemari tangan leony sambi menggengam erat kedua tangan dion “tapi aku juga sayang sama papa-mama ku! Aku gak bisa mengecewakan mereka...” tegas leony sambil menggengam erat tangan dion. Sakin eratnya sampai-sampai dion kesakitan dan berusaha melepaskan tangannya. “pilihannya cuman aku atau dia?” bentak dion sambil menghentakan tangannya dari genggaman erat tangan leony.
Dion dan leony pertama kali bertemu ketika mereka sama-sama masih mengenakan seragam putih-biru kelas 1. Saat itu mereka tengah mengikuti orientasi siswa SMP. Dikelas yang sama mereka saling mengakrabkan diri. Tengah tahun ajaran, mereka berdua meresmikan cintanya. Cinta monyet antara dua anak manusia dengan latar belakang budaya yang jauh berbeda. Teman-temannya memperkirakan usia pacaran mereka seumur jagung, tapi justru perbedaan yang besar makin mengkuatkan cinta mereka.
Leony putri seorang pengusaha dealer mobil keturunan cina, dan tunggal. Sementara dion, ayahnya hanyalah seorang PNS golongan 3A. Tidak seperti leony, dion masih memiliki dua orang adik. Hubungan dion dan leony sangat baik dan jauh dari pertengkaran layaknya pasanagn yang tengah dimabuk cinta. Mungkin karena cinta selalu bersemi diantara mereka. Tiap hari jumat, leony senantiasa menunggu dion usai sholat jumat di taman samping sebelah masjid. Begitupun ketika hari minggu pagi, giliran dion yang sabar menanti leony hingga keluar dari pintu depan gereja.
Bagi dion, leony adalah cinta pertamanya. Bagi leony, dion adalah pangeran pertamanya. Hubungan mereka berlangsung hingga mereka selesai kuliah. Masa-masa percintaannya dihabiskan di kota yang sama dan dan lingkungan sekolah yang sama. Pernah suatu ketika mereka terlibat pertengkaran hebat,
“ada hubungan apa kamu ama adam?”
“gak ada apa-apa dion....”
“bohong! Tadi aku liat kamu ke kampus diantar ama dia”
“sumpah... Dia cuman teman. Kamu harus percaya ama aku!”
“kalo teman kenapa pake antar-antaran segala?”
“aku gak bisa nolak. Dia anaknya teman papa. Tolong lah kamu ngertiin posisi aku...”
“aku selalu ngertiin kamu... tapi kamu?”
“udahlah dion... masalah perbedaan kita sudah banyak. Aku gak mau hanya karena dia hubungan kita jadi berantakan!”
“oke... tapi kamu menaruh rasa sama dia kan?”
“sungguh tidak dion!”
“atau kamu sengaja di jodohkan ama papa mu?”
“udahlah dion... aku capek kita bertengkar seperti ini!”
Pertengkaran itu merupakan yang pertama dan terakhir kali dalam kisah cinta mereka. Selebihnya tanpak baik-baik saja. Leony pernah berkata pada dion mengenai perbedaan diantara mereka, namun dion membalasnya “aku tidak perduli kamu cina atau bukan. Kekuatan cinta tetap menyatukan kita”. Karena perbedaan diantara dion dan leony yang kian hari kian tampak jauh, mereka sepakat untuk tidka membicarakan dan mengungkitnya. Kalau pun mereka berjodoh, cinta akan menyatukan mereka di pernikahan. Lagi pula dion pernah berkata pada leony, “agamamu agamamu, agamaku agamaku. Aku tidak akan memaksakan anak kita kelak mengikuti aku atau kamu”.
******
Masa-masa remaja telah mereka lalui dalam keadaan suka dan duka. Hampir 15 tahun menjalin kasih. Berbagai rintangan pun telah dilalui dengan keyakinan mereka berdua, cinta. Namun papa leony memiliki rencana lain. Ia telah menjodohkan putri semata wayangnya dengan putra sahabat lamanya. Hendri. Pria muda dengan masa depan yang menjanjikan, mewarisi perusahaan tambang timah ayahnya. Namun rencana ayah leony ditolak mentah-mentah oleh leony.
“biarkan aku memilih pasanganku sendiri pa...”
“pilihanmu hanyalah orang bodoh tanpa masa depan!”
“kasih aku kesempatan pa...”
“bentar lagi kamu umur tiga puluh. Tidak baik di adat kita, umur segitu belum memiliki pendamping hidup!”
“tapi pa... aku belum cukup mengenalnya”
“nanti tiap malam kamu akan lebih mengenalnya”
“aku cintanya cuman sama dion... aku gak mau dengan calonnya papa!” bentak leony sambil meninggalkan ruang keluarga. Pintu kamar leony di bandingnya kencang-kencang.
“aku benci papa...”
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh mamanya leony. Di keluarga leony apa yang menjadi ucapan dan perintah papa, harus menurut. Meskipun terkadang mamanya leony tidak sejalan dengan papanya leony. Namun mama leony selalu yakin dengan keputusan papa adalah yang terbaik.
“kamu tau apa soal cinta! Lama-lama kamu pasti mencintai hendri. Apalagi kalo kamu sudah kenal dengan uangnya!”
Tak ada balasan kata-kata yang keluar dari kamar leony, sesekali isak tangis terdengar samar-samar. Mama leony berusaha menenangkan putrinya, tapi usahanya kandas didepan pintu kamar.
******
Keesokan harinya, ketika mereka berkumpul di meja makan saat sarapan. Suasana tegang berangsur cair, tak ada lagi amarah di wajah papa leony. Begitu pun dengan leony, sudah dapat menerima keputusan ayahnya.
Namun tidak dengan dion. Setelah leony menceritakan semuannya. Dion hanya tertunduk lesu. Dion diam seribu bahasa, tidak percaya apa yang sedang dihadapinya.
“aku tidak bisa memutuskan hubungan kita...” kata leony kepada dion.
“aku cinta kamu dion! Tapi aku tidak bisa melawat ayah!” lagi-lagi leony berusaha menjelaskan kepada dion. Tapi tak ada balasan kata dari mulut dion.
“kamu jangan diam saja dion....” tegas leony
“lalu kamu mau ngarap aku gimana?” balas dion sinis. “toh kalo kita kawin lari kamu juga tidak mau kan?”
“itu tidak menyelesaikan masalah dion” kata leony
“ya sudah! Kalo gitu kamu menikah aja dengan pilihan papamu! Biar aku mati saja!” balas dion sambil meninggalkan leony seorang diri dicafe pisa. Sia-sia leony mengejar dion keluar cafe. Dion telah berlalu dengan taksi warna biru muda. Berulang kali leony mencoba menghubungi HP nya, tapi tidak aktif. Rasa ketakutan leony cukup beralasan, ia teringat ucapannya dion “lebih baik aku mati aja”. Di telepon dirumahnya, dion belum kembali.
*****
Dua hari berlalu tanpa kabar dari dion. Suara telepon genggam leony berbunyi memecah kepanikannya. Diujung telepon terdengar suara dion. Dalam teleponnya dion sudah dapat menerima kenyataan pahit, bahwa kekasihnya akan menjadi milik orang lain. Hari-hari selanjutnya leony tengah mempersiapkan pernikahannya dengan hendri. Namun ia masih berhubungan dengan dion senmbunyi-sembunyi. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan hubungan mereka berdua, hanya saja rasa cinta diantara mereka masih sulit untuk dihilangkan begitu saja.
Tiap kali mereka bertemu ada rasa canggung. Makanya dion lebih nyaman ngobrol di telepon ketimbang harus bertatap muka. Tidak segan-segan dion menawarkan bantuannya untuk acara pernikahan leony dnegan hendri. Leony tidak pernah menolak tawaran dion, tapi tidak juga mengiyakan.
*****
Dua hari sebelum pernikahan leony, dion menghubungi leony lewat telepon. Ia ingin bertemu dengan leony untuk terakhir kalinya sebelum leony resmi menjadi istri hendri. Mereka sepakat untuk bertemu sore hari di cafe pisa yang telah menjadi saksi bisu kisah cinta mereka hingga mereka putus.
Dion sudah datang lebih dulu di cafe pisa. Lima belas menit kemudian barulah leony. Mereka datang seorang diri tanpa ada yang mendampingi. Meja bundar dengan empat buah kursi, bertaplakan merah putih kotak-kotak seperti papan catur, dion duduk berhadapan dengan leony. Tangan dion meraih kedua tangan leony, sorot mata dion ke mata leony seolah tak mau kalah dengan sorot lampu cafe.
“aku tahu bentar lagi kamu akan menjadi milik hendri. Tapi kamu harus tahu, bahwa hatiku masih mencintai kamu” kata dion sambil meremas-remas tangan leony
“dion...” belum selesai leony bicara, dion sudah memotongnya
“biarkan aku meneruskan kata-kataku...” poting dion
“aku sadar cinta tidak harus memiliki. Aku juga tahu cinta kita tidak kuat angan-angan kita. Aku tahu, aku tidak akan pernah menjadi imam bagimu, karena kita terlalu banyak perbedaan...” kata-kata dion terhenti sejenak. Hening, tak ada suara yang keluar. Dan dion melanjutkan kalimatnya setelah mengusap air mata, “leony, mau kah engkau tetap berada disisiku walau lusa kamu sudah menjadi milik hendri?” sekali lagi tak ada kata yang terucap dari kedua mulut anak manusia yang tengah dilanda kegalauan.
“dion... kamu tahu mengapa Tuhan menciptakan langit dan lautan?” balas leony, setelah hampir dua menit tanpa ada suara yang keluar dari keduanya.
Kali ini giliran dion yang tidak menjawab, hanya gelengan kepala yang bermakna ketidak tahuan dari pertanyaan leony.
“itu karena Tuhan ingin menunjukan bahwa perbedaan akan tampak selalu indah. Langit tanpa garis cakrawala akan tampak monoton, begitupun lautan tanpa garis pantai dan cbidang cakrawala akan membosankan”. Kata leony
“aku gak ngerti maksud kamu” balas dion
“perbedaan yang terjadi diantara kita seharusnya menjadi harmonisasi keseimbangan dan kesempurnaan cinta. Tapi karena ego cinta, kita harus berpisah” jawab leony
“lalu? Apa yang harus kita lakukan?” tanya dion
“menerima keadaan dan kehidupan kita masing-masing” jawab leony
“ya sudah... apa yang mau di kata lagi? Setidaknya aku sudah berkata sejujurnya tentang perasaanku padamu” kata dion
“oiya dion... ini undangan buat kamu” kata leony
“tanpa ini pun aku akan tetap hadir!” balas dion
Mereka pun berpisah, setelah menghabiskan secangkir kopi masing-masing. Leony pulang kerumah dengan mobil barunya, sementara dion berlalu dengan roda duanya.
*****
Hari pernikahan leony dan hendri tiba. Dion datang seorang diri, tanpa didampingi teman atau pengganti leony. dion menelusuri hamparan karpet merah yang membawanya ke panggung pelaminan. Ia menyalami kedua mempelai. Tak ada kecurigaan di wajah hendri tentang sosok dion. Dion berbaur dengan para undangan di ruang resepsi. Beruntung dion masih kenal dengan para undangan, sebaian besar undangan yang hadir adalah teman mereka berdua ketika masih pacaran.
Kerap kali acara pernikahan menjadi salah satu ajang reuni dengan teman lama, ini pun yang terjadi dengan dion. Sampai-sampai dion tidak sadar bahwa para undangan sudah mulai meninggalkan ruang resepsi. Mempelai mulai turun dari pelaminannya, berbaur dengan tamu yang masih tersisa. Dengan gaun pengantin berwarna putih, leony menhampiri dion.
“boleh aku bicara sebentar?” tanya leony sambi menggandeng lengan dion menuju ke luar ruang resepsi
“ada apa ini? Nanti kamu dilihat suamimu!” balas dion sambil melepas gandengan tangan leony
“udah deh... sebentar aja!” jawab leony sambil berjalan cepat ke arah ruang ganti yang disewa oleh keluarga mempelai wanita. Entah kebetulan atau disengaja, ruangan itu tampak sepi. Hanya saja nampak barang-barang keluarga mempelai yang sengaja diletakan di ruangan tanpa pengawasan.
Tiba-tiba kedua tangan leony memegang muka dion. Dalam sekejap bibir leony menghampiri bibir dion begitu cepat.
“ada apa leony? ketahuan suamimu bisa mati aku!” kata dion dengan penuh keheranan
“kamu benar. Aku tidak bisa menbohongi diriku. Kamu tetaplah pangeranku!” kata leony
“ahh gila kamu! Hendri mau di gimanain?” tanya dion
“jadi kamu keberatan?” balas leony
“bukan begitu... tapi kamu yang sekarang tidak sama seperti yang kemarin!” jawab dion
“statusku memang istri hendri. Tapi raga dan jiwaku tetaplah milik kamu, dion!” balas leony
Giliran dion dan tanganya meraih wajah leony sambil mengecup bibirnya, sambil dilanjutkan dengan pelukan kebadan leony. “Kini aku baru menyadari apa itu cinta” bisik leony ke telinga dion.
“... Baru aku tahu cinta itu apa
Setelah kau hapus cintaku
Yang dulu dalam hatimu ...”
(Indah Dewi Pertiwi)
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
“aku cinta kamu dion...” jemari tangan leony sambi menggengam erat kedua tangan dion “tapi aku juga sayang sama papa-mama ku! Aku gak bisa mengecewakan mereka...” tegas leony sambil menggengam erat tangan dion. Sakin eratnya sampai-sampai dion kesakitan dan berusaha melepaskan tangannya. “pilihannya cuman aku atau dia?” bentak dion sambil menghentakan tangannya dari genggaman erat tangan leony.
Dion dan leony pertama kali bertemu ketika mereka sama-sama masih mengenakan seragam putih-biru kelas 1. Saat itu mereka tengah mengikuti orientasi siswa SMP. Dikelas yang sama mereka saling mengakrabkan diri. Tengah tahun ajaran, mereka berdua meresmikan cintanya. Cinta monyet antara dua anak manusia dengan latar belakang budaya yang jauh berbeda. Teman-temannya memperkirakan usia pacaran mereka seumur jagung, tapi justru perbedaan yang besar makin mengkuatkan cinta mereka.
Leony putri seorang pengusaha dealer mobil keturunan cina, dan tunggal. Sementara dion, ayahnya hanyalah seorang PNS golongan 3A. Tidak seperti leony, dion masih memiliki dua orang adik. Hubungan dion dan leony sangat baik dan jauh dari pertengkaran layaknya pasanagn yang tengah dimabuk cinta. Mungkin karena cinta selalu bersemi diantara mereka. Tiap hari jumat, leony senantiasa menunggu dion usai sholat jumat di taman samping sebelah masjid. Begitupun ketika hari minggu pagi, giliran dion yang sabar menanti leony hingga keluar dari pintu depan gereja.
Bagi dion, leony adalah cinta pertamanya. Bagi leony, dion adalah pangeran pertamanya. Hubungan mereka berlangsung hingga mereka selesai kuliah. Masa-masa percintaannya dihabiskan di kota yang sama dan dan lingkungan sekolah yang sama. Pernah suatu ketika mereka terlibat pertengkaran hebat,
“ada hubungan apa kamu ama adam?”
“gak ada apa-apa dion....”
“bohong! Tadi aku liat kamu ke kampus diantar ama dia”
“sumpah... Dia cuman teman. Kamu harus percaya ama aku!”
“kalo teman kenapa pake antar-antaran segala?”
“aku gak bisa nolak. Dia anaknya teman papa. Tolong lah kamu ngertiin posisi aku...”
“aku selalu ngertiin kamu... tapi kamu?”
“udahlah dion... masalah perbedaan kita sudah banyak. Aku gak mau hanya karena dia hubungan kita jadi berantakan!”
“oke... tapi kamu menaruh rasa sama dia kan?”
“sungguh tidak dion!”
“atau kamu sengaja di jodohkan ama papa mu?”
“udahlah dion... aku capek kita bertengkar seperti ini!”
Pertengkaran itu merupakan yang pertama dan terakhir kali dalam kisah cinta mereka. Selebihnya tanpak baik-baik saja. Leony pernah berkata pada dion mengenai perbedaan diantara mereka, namun dion membalasnya “aku tidak perduli kamu cina atau bukan. Kekuatan cinta tetap menyatukan kita”. Karena perbedaan diantara dion dan leony yang kian hari kian tampak jauh, mereka sepakat untuk tidka membicarakan dan mengungkitnya. Kalau pun mereka berjodoh, cinta akan menyatukan mereka di pernikahan. Lagi pula dion pernah berkata pada leony, “agamamu agamamu, agamaku agamaku. Aku tidak akan memaksakan anak kita kelak mengikuti aku atau kamu”.
******
Masa-masa remaja telah mereka lalui dalam keadaan suka dan duka. Hampir 15 tahun menjalin kasih. Berbagai rintangan pun telah dilalui dengan keyakinan mereka berdua, cinta. Namun papa leony memiliki rencana lain. Ia telah menjodohkan putri semata wayangnya dengan putra sahabat lamanya. Hendri. Pria muda dengan masa depan yang menjanjikan, mewarisi perusahaan tambang timah ayahnya. Namun rencana ayah leony ditolak mentah-mentah oleh leony.
“biarkan aku memilih pasanganku sendiri pa...”
“pilihanmu hanyalah orang bodoh tanpa masa depan!”
“kasih aku kesempatan pa...”
“bentar lagi kamu umur tiga puluh. Tidak baik di adat kita, umur segitu belum memiliki pendamping hidup!”
“tapi pa... aku belum cukup mengenalnya”
“nanti tiap malam kamu akan lebih mengenalnya”
“aku cintanya cuman sama dion... aku gak mau dengan calonnya papa!” bentak leony sambil meninggalkan ruang keluarga. Pintu kamar leony di bandingnya kencang-kencang.
“aku benci papa...”
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh mamanya leony. Di keluarga leony apa yang menjadi ucapan dan perintah papa, harus menurut. Meskipun terkadang mamanya leony tidak sejalan dengan papanya leony. Namun mama leony selalu yakin dengan keputusan papa adalah yang terbaik.
“kamu tau apa soal cinta! Lama-lama kamu pasti mencintai hendri. Apalagi kalo kamu sudah kenal dengan uangnya!”
Tak ada balasan kata-kata yang keluar dari kamar leony, sesekali isak tangis terdengar samar-samar. Mama leony berusaha menenangkan putrinya, tapi usahanya kandas didepan pintu kamar.
******
Keesokan harinya, ketika mereka berkumpul di meja makan saat sarapan. Suasana tegang berangsur cair, tak ada lagi amarah di wajah papa leony. Begitu pun dengan leony, sudah dapat menerima keputusan ayahnya.
Namun tidak dengan dion. Setelah leony menceritakan semuannya. Dion hanya tertunduk lesu. Dion diam seribu bahasa, tidak percaya apa yang sedang dihadapinya.
“aku tidak bisa memutuskan hubungan kita...” kata leony kepada dion.
“aku cinta kamu dion! Tapi aku tidak bisa melawat ayah!” lagi-lagi leony berusaha menjelaskan kepada dion. Tapi tak ada balasan kata dari mulut dion.
“kamu jangan diam saja dion....” tegas leony
“lalu kamu mau ngarap aku gimana?” balas dion sinis. “toh kalo kita kawin lari kamu juga tidak mau kan?”
“itu tidak menyelesaikan masalah dion” kata leony
“ya sudah! Kalo gitu kamu menikah aja dengan pilihan papamu! Biar aku mati saja!” balas dion sambil meninggalkan leony seorang diri dicafe pisa. Sia-sia leony mengejar dion keluar cafe. Dion telah berlalu dengan taksi warna biru muda. Berulang kali leony mencoba menghubungi HP nya, tapi tidak aktif. Rasa ketakutan leony cukup beralasan, ia teringat ucapannya dion “lebih baik aku mati aja”. Di telepon dirumahnya, dion belum kembali.
*****
Dua hari berlalu tanpa kabar dari dion. Suara telepon genggam leony berbunyi memecah kepanikannya. Diujung telepon terdengar suara dion. Dalam teleponnya dion sudah dapat menerima kenyataan pahit, bahwa kekasihnya akan menjadi milik orang lain. Hari-hari selanjutnya leony tengah mempersiapkan pernikahannya dengan hendri. Namun ia masih berhubungan dengan dion senmbunyi-sembunyi. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan hubungan mereka berdua, hanya saja rasa cinta diantara mereka masih sulit untuk dihilangkan begitu saja.
Tiap kali mereka bertemu ada rasa canggung. Makanya dion lebih nyaman ngobrol di telepon ketimbang harus bertatap muka. Tidak segan-segan dion menawarkan bantuannya untuk acara pernikahan leony dnegan hendri. Leony tidak pernah menolak tawaran dion, tapi tidak juga mengiyakan.
*****
Dua hari sebelum pernikahan leony, dion menghubungi leony lewat telepon. Ia ingin bertemu dengan leony untuk terakhir kalinya sebelum leony resmi menjadi istri hendri. Mereka sepakat untuk bertemu sore hari di cafe pisa yang telah menjadi saksi bisu kisah cinta mereka hingga mereka putus.
Dion sudah datang lebih dulu di cafe pisa. Lima belas menit kemudian barulah leony. Mereka datang seorang diri tanpa ada yang mendampingi. Meja bundar dengan empat buah kursi, bertaplakan merah putih kotak-kotak seperti papan catur, dion duduk berhadapan dengan leony. Tangan dion meraih kedua tangan leony, sorot mata dion ke mata leony seolah tak mau kalah dengan sorot lampu cafe.
“aku tahu bentar lagi kamu akan menjadi milik hendri. Tapi kamu harus tahu, bahwa hatiku masih mencintai kamu” kata dion sambil meremas-remas tangan leony
“dion...” belum selesai leony bicara, dion sudah memotongnya
“biarkan aku meneruskan kata-kataku...” poting dion
“aku sadar cinta tidak harus memiliki. Aku juga tahu cinta kita tidak kuat angan-angan kita. Aku tahu, aku tidak akan pernah menjadi imam bagimu, karena kita terlalu banyak perbedaan...” kata-kata dion terhenti sejenak. Hening, tak ada suara yang keluar. Dan dion melanjutkan kalimatnya setelah mengusap air mata, “leony, mau kah engkau tetap berada disisiku walau lusa kamu sudah menjadi milik hendri?” sekali lagi tak ada kata yang terucap dari kedua mulut anak manusia yang tengah dilanda kegalauan.
“dion... kamu tahu mengapa Tuhan menciptakan langit dan lautan?” balas leony, setelah hampir dua menit tanpa ada suara yang keluar dari keduanya.
Kali ini giliran dion yang tidak menjawab, hanya gelengan kepala yang bermakna ketidak tahuan dari pertanyaan leony.
“itu karena Tuhan ingin menunjukan bahwa perbedaan akan tampak selalu indah. Langit tanpa garis cakrawala akan tampak monoton, begitupun lautan tanpa garis pantai dan cbidang cakrawala akan membosankan”. Kata leony
“aku gak ngerti maksud kamu” balas dion
“perbedaan yang terjadi diantara kita seharusnya menjadi harmonisasi keseimbangan dan kesempurnaan cinta. Tapi karena ego cinta, kita harus berpisah” jawab leony
“lalu? Apa yang harus kita lakukan?” tanya dion
“menerima keadaan dan kehidupan kita masing-masing” jawab leony
“ya sudah... apa yang mau di kata lagi? Setidaknya aku sudah berkata sejujurnya tentang perasaanku padamu” kata dion
“oiya dion... ini undangan buat kamu” kata leony
“tanpa ini pun aku akan tetap hadir!” balas dion
Mereka pun berpisah, setelah menghabiskan secangkir kopi masing-masing. Leony pulang kerumah dengan mobil barunya, sementara dion berlalu dengan roda duanya.
*****
Hari pernikahan leony dan hendri tiba. Dion datang seorang diri, tanpa didampingi teman atau pengganti leony. dion menelusuri hamparan karpet merah yang membawanya ke panggung pelaminan. Ia menyalami kedua mempelai. Tak ada kecurigaan di wajah hendri tentang sosok dion. Dion berbaur dengan para undangan di ruang resepsi. Beruntung dion masih kenal dengan para undangan, sebaian besar undangan yang hadir adalah teman mereka berdua ketika masih pacaran.
Kerap kali acara pernikahan menjadi salah satu ajang reuni dengan teman lama, ini pun yang terjadi dengan dion. Sampai-sampai dion tidak sadar bahwa para undangan sudah mulai meninggalkan ruang resepsi. Mempelai mulai turun dari pelaminannya, berbaur dengan tamu yang masih tersisa. Dengan gaun pengantin berwarna putih, leony menhampiri dion.
“boleh aku bicara sebentar?” tanya leony sambi menggandeng lengan dion menuju ke luar ruang resepsi
“ada apa ini? Nanti kamu dilihat suamimu!” balas dion sambil melepas gandengan tangan leony
“udah deh... sebentar aja!” jawab leony sambil berjalan cepat ke arah ruang ganti yang disewa oleh keluarga mempelai wanita. Entah kebetulan atau disengaja, ruangan itu tampak sepi. Hanya saja nampak barang-barang keluarga mempelai yang sengaja diletakan di ruangan tanpa pengawasan.
Tiba-tiba kedua tangan leony memegang muka dion. Dalam sekejap bibir leony menghampiri bibir dion begitu cepat.
“ada apa leony? ketahuan suamimu bisa mati aku!” kata dion dengan penuh keheranan
“kamu benar. Aku tidak bisa menbohongi diriku. Kamu tetaplah pangeranku!” kata leony
“ahh gila kamu! Hendri mau di gimanain?” tanya dion
“jadi kamu keberatan?” balas leony
“bukan begitu... tapi kamu yang sekarang tidak sama seperti yang kemarin!” jawab dion
“statusku memang istri hendri. Tapi raga dan jiwaku tetaplah milik kamu, dion!” balas leony
Giliran dion dan tanganya meraih wajah leony sambil mengecup bibirnya, sambil dilanjutkan dengan pelukan kebadan leony. “Kini aku baru menyadari apa itu cinta” bisik leony ke telinga dion.
“... Baru aku tahu cinta itu apa
Setelah kau hapus cintaku
Yang dulu dalam hatimu ...”
(Indah Dewi Pertiwi)