Mencari JalanMu
11.11.2011
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
"lo pikir gue cowo apaan?" Bentak andi sambil melepas bulu mata palsu dan wignya.
Semalam suntuk andi berdiri di ujung persimpangan jalan, menyapa setiap mobil yang berlalu-lalang. Sesekali ada yang berhenti dan menyapa andini, namun secepat kilat pula mobil itu berlalu. Entah apa yang dicarinya, sekedar melihat-lihat atau menjahili andini yang memiliki nama siangnya andi.
Hari ini andi pulang lebih awal dari biasanya jam 05.00. Dengan kesal ia membuka pintu kosnya dan merebahkan badan di kursi yang terletak agak menyudut.
"Napa sih lo dateng-dateng dah kayak lonte kesetanan!" Bentak oji yang terusik tidurnya dengan kehadiaran andi.
Oji teman sekamar andi, telah mengetahui profesi andi tiap malam minggu. Mereka pemuda desa yang berkuliah di ibu kota, uang kiriman orang tuanya sudah di stop sejak tiga bulan lalu dan kini mereka harus memutar otak untuk biaya hidup yang serba sulit, belum lagi dengan biaya kuliah yang tidak sedikit.
Oji sedikit lebih beruntung tidak memilih jalan seperti andi, berperan ganda. Ia telah menikmati perannya sebagai simpanan tante-tante yang kesepian.
"Dari jam sebelas sampe azan subuh gw gak dapet tamu. Malah sempet diuber-uber tantrib! Sial" jawab andi dengan nada kesal
"Kan gw dah bilang ama elo, mending ikut gw aja. Duitnya lebih keliatan, cuma lo merem aja kalo lagi main" balas oji.
"Ogahh... Sekalinya lo kenalin ke gue, model nenek lampir. Mana bisa gw nafsu!" Jawab andi dengan nada sinis.
"Ya udah terserah lo! Daripada main pedang" balas oji enteng
"Anjing lo ya... Ngatain gue mulu..." Nada andi mulai meninggi
"Slow bro... Becanda." Balas oji sambil menenangkan andi. "Dah ah... Gue mau molor lagi".
Sudah satu jam andi berdiam diri di sudut kamar kosnya, sesekali andi menghirup rokok dan menghembuskan asapnya ke atas langit-langit kamar kosnya. Sering kali pikiran andi melayang tinggi jauh, seandainya ia anak orang kaya, dan ia tak akan terjerumus ke lembah nista ini. Apa yang membuat andi menikmati pekerjaan ini pun ia juga tak tahu. Pernah suatu ketika andi di tanya oleh oji, "apa sih yang membuat lo enjoy jadi banci?" Hanya gelengan kepala yang mampu digerakan oleh andi selain diam dan membisu. Pernah suatu waktu andi mengutarakan pada oji ketika kedapatan banyak pelanggan, "gue seperti menemukan kedamaian dengan menjadi andini, ji". Dan akhirnya andi pun tertidur pulas di singgasana kosnya. Saking pulasnya, sampai-sampai ia tak mendengar lagi kegaduhan dari kamar sebelah.
suara azan dzuhur membangunkan tidur andi, baru kali ini ia terbangun setelah mendengar suara muadjim. Tinggal andi seorang diri di kamar kosnya, oji telah pergi ke kampus dan dilanjutkan dengan menemui tante-tantenya. Andi sempat menikmati alunan merdu suara muadjim, entah apa yang membuatnya begitu terhanyut, mungkinkah ini suatu hidayah? Atau justru peringatan-Nya.
Butuh waktu sepuluh menit bagi andi untuk mandi lalu berpakaian kemeja lengan pendek berwarna putih polos dengan celana panjang hitam, layaknya seorang pria. Andi pun menyempatkan diri mengambil air wudhu, sebelum beranjak memenuhi panggilan muadjim.
Tinggal dua langkah sebelum kaki kanannya menginjak halaman masjid, andi melihat sekelompok anak-anak perempuan tengah berbusana jilbab dengan alquran didekap kedua tangannya, sambil menuju masjid.
Dalam hati andi berucap; ya Allah ijinkan aku memperbaiki sisa hidupku dijalan Mu ya Allah... Seketika itu pula air mata mengalir dari kelopak matanya. Ia sadar akan semua masa lalunya, adalah cerita pahit yang tak perlu terulang untuk kedua kalinya.
------------------------
Tepat dua bulan sudah andi kini aktif di remaja masjid, hampir tiap hari setelah selesai kuliah ia menghabiskan waktunya untuk mengurus masjid dan mengajar ngaji. Andi pun sudah tidak tinggal lagi di kos, ia memilih tinggal di kamar penjaga masjid seorang diri, agar lebih mudah mengurus rumah Allah. Oji pun sudah pindah ke rumah tantenya, entah tante yang mana lagi yang dia maksud.
"... Kuingin Bersihkan Diriku
Dari Segala Dosa
Yang Telah Kuperbuat Hingga Kini
Kuingin Bersihkan Jiwaku
Terangilah Dengan Segala
Petunjuk Jalanmu ..."
(Afgan)
Cerita ini adalah fiksi, jika terdapat kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan saja.
"lo pikir gue cowo apaan?" Bentak andi sambil melepas bulu mata palsu dan wignya.
Semalam suntuk andi berdiri di ujung persimpangan jalan, menyapa setiap mobil yang berlalu-lalang. Sesekali ada yang berhenti dan menyapa andini, namun secepat kilat pula mobil itu berlalu. Entah apa yang dicarinya, sekedar melihat-lihat atau menjahili andini yang memiliki nama siangnya andi.
Hari ini andi pulang lebih awal dari biasanya jam 05.00. Dengan kesal ia membuka pintu kosnya dan merebahkan badan di kursi yang terletak agak menyudut.
"Napa sih lo dateng-dateng dah kayak lonte kesetanan!" Bentak oji yang terusik tidurnya dengan kehadiaran andi.
Oji teman sekamar andi, telah mengetahui profesi andi tiap malam minggu. Mereka pemuda desa yang berkuliah di ibu kota, uang kiriman orang tuanya sudah di stop sejak tiga bulan lalu dan kini mereka harus memutar otak untuk biaya hidup yang serba sulit, belum lagi dengan biaya kuliah yang tidak sedikit.
Oji sedikit lebih beruntung tidak memilih jalan seperti andi, berperan ganda. Ia telah menikmati perannya sebagai simpanan tante-tante yang kesepian.
"Dari jam sebelas sampe azan subuh gw gak dapet tamu. Malah sempet diuber-uber tantrib! Sial" jawab andi dengan nada kesal
"Kan gw dah bilang ama elo, mending ikut gw aja. Duitnya lebih keliatan, cuma lo merem aja kalo lagi main" balas oji.
"Ogahh... Sekalinya lo kenalin ke gue, model nenek lampir. Mana bisa gw nafsu!" Jawab andi dengan nada sinis.
"Ya udah terserah lo! Daripada main pedang" balas oji enteng
"Anjing lo ya... Ngatain gue mulu..." Nada andi mulai meninggi
"Slow bro... Becanda." Balas oji sambil menenangkan andi. "Dah ah... Gue mau molor lagi".
Sudah satu jam andi berdiam diri di sudut kamar kosnya, sesekali andi menghirup rokok dan menghembuskan asapnya ke atas langit-langit kamar kosnya. Sering kali pikiran andi melayang tinggi jauh, seandainya ia anak orang kaya, dan ia tak akan terjerumus ke lembah nista ini. Apa yang membuat andi menikmati pekerjaan ini pun ia juga tak tahu. Pernah suatu ketika andi di tanya oleh oji, "apa sih yang membuat lo enjoy jadi banci?" Hanya gelengan kepala yang mampu digerakan oleh andi selain diam dan membisu. Pernah suatu waktu andi mengutarakan pada oji ketika kedapatan banyak pelanggan, "gue seperti menemukan kedamaian dengan menjadi andini, ji". Dan akhirnya andi pun tertidur pulas di singgasana kosnya. Saking pulasnya, sampai-sampai ia tak mendengar lagi kegaduhan dari kamar sebelah.
suara azan dzuhur membangunkan tidur andi, baru kali ini ia terbangun setelah mendengar suara muadjim. Tinggal andi seorang diri di kamar kosnya, oji telah pergi ke kampus dan dilanjutkan dengan menemui tante-tantenya. Andi sempat menikmati alunan merdu suara muadjim, entah apa yang membuatnya begitu terhanyut, mungkinkah ini suatu hidayah? Atau justru peringatan-Nya.
Butuh waktu sepuluh menit bagi andi untuk mandi lalu berpakaian kemeja lengan pendek berwarna putih polos dengan celana panjang hitam, layaknya seorang pria. Andi pun menyempatkan diri mengambil air wudhu, sebelum beranjak memenuhi panggilan muadjim.
Tinggal dua langkah sebelum kaki kanannya menginjak halaman masjid, andi melihat sekelompok anak-anak perempuan tengah berbusana jilbab dengan alquran didekap kedua tangannya, sambil menuju masjid.
Dalam hati andi berucap; ya Allah ijinkan aku memperbaiki sisa hidupku dijalan Mu ya Allah... Seketika itu pula air mata mengalir dari kelopak matanya. Ia sadar akan semua masa lalunya, adalah cerita pahit yang tak perlu terulang untuk kedua kalinya.
------------------------
Tepat dua bulan sudah andi kini aktif di remaja masjid, hampir tiap hari setelah selesai kuliah ia menghabiskan waktunya untuk mengurus masjid dan mengajar ngaji. Andi pun sudah tidak tinggal lagi di kos, ia memilih tinggal di kamar penjaga masjid seorang diri, agar lebih mudah mengurus rumah Allah. Oji pun sudah pindah ke rumah tantenya, entah tante yang mana lagi yang dia maksud.
"... Kuingin Bersihkan Diriku
Dari Segala Dosa
Yang Telah Kuperbuat Hingga Kini
Kuingin Bersihkan Jiwaku
Terangilah Dengan Segala
Petunjuk Jalanmu ..."
(Afgan)